Bagaimana Ilmuan Muslim Mengembangkan Sains?

Bagaimana Ilmuan Muslim Mengembangkan Sains?

Bagaimana Ilmuan Muslim Mengembangkan Sains?

 

Bagaimana relasi antara Islam dan sains, dalam peradaban modern saat ini? Bagaimana membangun jembatan antara ilmuan muslim dan akademisi Barat di zaman digital sekarang ini? Pertanyaan ini, menjadi relevan di tengah minimnya ilmuan muslim di bidang sains.

Nidhal Guessom, professor di American University of Sharjah, ini mencoba membangun jembatan epistemik Islam dan sains. Dalam risetnya, Guessom mengkaji Islam sebagai sumber ilmu sains, yang terintegrasi dengan ilmu agama. Melalui penelusuran panjang, Guessom mengidealkan kajian sains dan Islam dalam sosok Ibn Rusyd.

Pada 1120, lahirlah ilmuan muslim bernama Averroes. Beliau bernama asli Abu al-Walif Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd, yang sering disebut sebagai Ibn Rusyd. Pada abad 12, Ibn Rusyd menjadi tokoh penting dalam jaringan peneliti dan intelektual di Cordoba. Kakeknya juga menjadi orang berpengaruh, sebagai hakim agung di Cordoba dan Sevilla.

Ayah Abu Al-Walid, Ahmad Ibn Rusyd, juga seorang terpandang di Cordoba. Beliau sebagai akademisi dan hakim, yang menjadi rujukan pengetahuan. Ketika masih kanak-kanak, Ibn Rusyd tampak sebagai ahli ilmu yang memiliki daya belajar kuat. Ia mempelajari tiga bidang utama: agama, hukum dan kedokteran. Ketika dewasa, Ibn Rusyd mengembangkan ilmu filsafat dan kebudayaan Yunani. Kegigihan dan ketekunan belajar, menjadikan Ibn Rusyd sebagai master dalam bidang filsafat dan kebudayaan Yunani (hal. 11).

Integrasi Islam dan Sains

Ibn Rusyd, mempunyai kontribusi besar untuk pengembangan keilmuan Islam. Ia mengungkap kemungkinan integrasi rasio dan prinsip Islam. Bahkan, pada level yang lebih tinggi, antara rasio dan keyakinan teologis agama dunia.

Dalam ungkapan Ibn Rusyd, “seseorang tidak boleh memaksakan kesepakatan yang sebenarnya hanya merupakan ilusi, utamanya jika usaha mencapai kesepakatan tersebut dilakukan dengan pembacaan teks yang dogmatis”. Nidhal Guessom, menyebut Ibn Rusyd sebagai sosok yang sangat modern dengan sikapnya yang menekankan toleransi terhadap semua sekte dan pandangan.

Lebih lanjut, Guessom menjelaskan tentang kesempurnaan hubungan yang berhasil diciptakan Ibn Rusyd, yakni antara prinsip-prinsip agama dan kerja intelektualnya. Ibn Rusyd, dianggap sebagai sosok dengan perpaduan harmonis antara sains, filsafat, dan agama Islam (Hal. 23-4).

Dalam buku ini, Guessom mengkonstruksi pemaknaan Tuhan, dalam tinjauan filsafat Islam dan sains. Menurutnya, reformasi Protestan membuat agama semakin sedikit menggunakan akal dan berpijak pada ‘keimanan murni’. Selain itu, Darwinisme menunjukkan sifat semua makhluk/ciptaan bisa dijelaska secara baik dengan cara alamiah, dengan menghilangkan gagasan tentang Sang Perancang. Guessom, menandaskan, bahwa kosmologi modern mengangkat kembali gagasan mengenai peristiwa penciptaan, sehingga kebutuhan terhadap Sang Pencipta jelas (hal.102).

Nidhal Guessom menulis buku ini, untuk menghidupkan kembali diskusi tentang kontribusi sains dalam masyarakat muslim. Selain itu, kerja riset Guessom dimaksudkan untuk menunjukkan sintesis harmonis antara sains modern dan Islam. Dalam perspektif, bahwa Islam dapat bergandengan tangan dengan tradisi monoteistik lain, khususnya Kristen.

Mengutip pendapat Ziauddin Sardar, yang meyakini bahwa Islam tidak hanya penting untuk memperkaya diri dengan sains, namun lebih jauh dari itu, harus mereformasi diri dengan dinamika sains. Sardar dengan jelas mengingatkan bahwa ijtihad merupakan daya pendorong semangat ilmiah yang bisa memajukan peradaban Islam. Ia mengutip laporan the Arab Human Development Report (2003) yang menganjurkan peningkatan ijtihad, untuk pengembangan peradaban Islam.

Nidhal Guessom, merekomendasi pentingnya membangun jembatan komunikasi dan jejaring antar peneliti. Jaringan peneliti muslim dengan kolega-koleganya di Eropa, Amerika dan belahan dunia lainnya, menjadi upaya penting. Ajaran Islam dan sains tidak saling menegasikan, sebagaimana diwariskan Ibn Rusyd, Ibn Sina dan beberapa ilmuan muslim. Justru ilmuan muslim masa kini harus membangun jembatan yang lebih kokoh, bagaimana nilai-nilai Islam mampu memberi sumbangsih bagi teknologi, menguatkan peradaban [].

 

Data Buku:

Nidhal Guessoum | Islam dan Sains Modern

Mizan, 2014 | 644 hal.

ISBN: 978-979-433-844-5

Info Buku: mizanstore.com | temanbuku.com

 

*Munawir Aziz, pembaca buku, aktif di Gerakan Islam Cinta (@Munawiraziz)