Mempunyai nama lengkap Asma binti Abu Bakar Ash Shiddiq Abdullah bin Abu Quhafah Utsman bin ‘Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’d bin Tamim. Ibunya bernama Qutaibah binti Abdul Uzza bin As’ad bin Jabir bin Malin bin Amer bin Luwai. Asma adalah saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar Ash Shiddiq, ia lebih tua sepuluh tahun dari ‘Aisyah.
Asma binti Abu Bakar terkenal dengan julukan Dzatunnithaqain (sang pemilik dua ikat pinggang) yang menyertai sepanjang hidupnya. Hal ini merupakan tanda keutamaann, pengorbanan, keberanianya dalam menempuh bahaya serta kepahlawanannya dalam medan dakwah pada masa mudanya.
Pada waktu itu, Rasulullah SAW telah mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Ketika mereka sudah merasa tenang di tempat baru dan dakwahnya mulai berjalan dengan lancar, datanglah seorang sahabat bernama Abu Bakar ke tempat Rasulullah SAW meminta izin untuk berhijrah bersama dengan keluarganya. Namun Rasulullah SAW menangguhkannya dikarenakan demi mencari waktu yang tepat untuk berhijrah.
Setelah Rasulullah SAW menemukan waktu yang dirasa tepat untuk menempuh jalan rumit serta tujuan yang muia dan tinggi. Kemudian Rasulullah SAW pergi dari rumahnya menuju rumah Abu Bakar untuk melaksanakan hijrah setelah keduanya telah bersepakat perihal waktu dan juga cara-cara serta langkah-langkahnya.
Kedatangan Rasulullah SAW disambut dengan baik oleh Asma dan juga keluarganya. Asma menyiapkan perbekalan yang hendak dibawa, namun ia tidak menemukan tali untuk mengikat bekal makanan dan minuman Rasulullah SAW. Kemudian ia segera menyobek ikat pinggang yang sedang dipakainya menjadi dua; yang satu untuk mengikat bekal makanan dan yang satunya untuk mengikat gereba (kulit kambing sebagai tempat air). Karena inilah ia mendapat julukan Dzatunnithaqain (sang pemilik dua ikat pinggang).
Tidak hanya itu, suatu ketika Asma pernah keluar pada malam hari untuk mendatangi sebuah gua tempat Rasulullah SAW dan Abu Bakar bersembunyi. Selain membawakan bekal, ia juga melaporkan keputusan-keputusan dan langkah-langkah yang akan dilakukan orang Quraisy, apa yang dikatakannya dalam majelis, kesungguhan mereka dalam mencari Rasulullah SAW dan Abu Bakar, serta usaha-usaha mereka untuk menemukan keduanya.
Hal yang dilakukan oleh Asma tersebut merupakan sesuatu yang beresiko tinggi dan tentunya tidak mudah untuk dilakukan oleh orang pada umumnya. Dibutuhkan keberanian, kecerdikan, kehati-hatian serta konsentrasi yang mana sifat-sifat ini telah melekat pada diri Asma secara sempurna.
Selanjutnya, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abu Quhafah, seorang yang tidak bisa melihat sekaligus ayah dari Abu Bakar mendengar anaknya membawa semua hartanya beserta Rasulullah SAW dalam hijrahnya, ia berkata kepada Asma’, “Demi Allah, sungguh saya menduga Abu Bakar telah menimpakan musibah terhadapmu yang berupa harta, sebagaimana ia telah menimpakan musibah kepadamu dengan dirinya”.
Asma berkata kepadanya, “Sekali-kali tidak, kakek, sesungguhnya ayah telah meninggalkan kepada kami harta yang banyak.” Kemudian Asma mengambil batu dan diletakannya pada suatu tempat dimana ayahnya meletakannya hartanya, lalu ia meletakkan kain di atas batu itu seraya menarik tangan kakeknya sambil berkata, “Kakek, peganglah harta ini!”
Kakeknya pun meraba sambil berkata, “Tidak mengapa, jika Abu Bakar meninggalkan harta ini untukmu, ia berbuat baik dan ini bekal untukmu.” (AN)
Wallahu A’lam