Hakikatnya kehidupan manusia sangat bergantung pada takdir yang ditetapkan Tuhan. Betapa banyak orang yang berusaha, tapi kalau Tuhan tidak mentakdirkan, usaha yang dilakukan tidak akan berhasil. Ini sekaligus menunjukkan manusia tidak memiliki daya dan upaya. Tapi di sisi lain, Allah memerintahkan manusia untuk berdoa. Pertanyaannya, apa gunanya berdoa kalau semua urusan manusia sudah ditentukan Allah?
Untuk menjawab hal ini, Syekh Ali Jum’ah dalam video pengajian yang diterjemahkan tim Sanad Media menjelaskan ada dua macam takdir. Pertama takdir mubram, final dan tidak dapat dibatalkan. Para ulama ada juga yang menyebut ini dengan istilah qadha mubram, keputusannya final dan akhir. Hal ini sama dengan jenis persidangan yang berlaku di banyak negara: ada yang sifatnya sidang final, tidak dapat diajukan banding, dan ada juga persidangan yang masih terbuka untuk pengajuan banding.
Sementara yang kedua adalah qadha mu’allaq, ini sifatnya sementara, tidak final, masih terbuka ruang untuk berubah tergantung pada kehendak Allah SWT. Misalnya, kita ditakdirkan pada hari tertentu, kemudian kita berdoa, dan bisa jadi Allah mengabulkan doa kita dengan memperpanjang umur kita. Berdasarkan kuasa-Nya, Allah mampu untuk mengubah takdir yang sudah ditetapkan dengan takdir yang baru. Di antara cara mengubah takdir muallaq ini sebagaimana disebutkan dalam banyak hadis adalah dengan cara berdoa, silaturahim, berbakti pada orang tua, dan lain-lain.
“Apakah doa merubah qadha? Doa dapat berubah qadha muallaq. Doa merubah qadha muallaq jika allah mengabulkan untukmu, dan tidak bisa menghapus qadha mubram” Tegas Syekh Ali Jum’ah.
Berdasar penjelasan ini, doa yang kita panjatkan bisa mengubah takdir muallaq, tetapi tidak bisa mengubah takdir mubram yang sifatnya final. Selain doa, memperbanyak silaturahim juga bisa mengubah takdir muallaq, karena dalam hadis disebutkan orang yang memperbanyak silaturahim diberi keberkahan berupa umur panjang.
*Penjelasan lebih lengkap dapat ditonton dalam video bawah ini: