Suatu kali, pernah membaca unggahan sebuah akun di media sosial terkait hal-hal yang ghaib. Dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa para malaikat itu berbicara menggunakan bahasa manusia. Sehingga bahasa yang digunakan para malaikat adalah bahasa manusia. Benarkah demikian?
Setelah membacanya, saya membayangkan, jika benar demikian, akan muncul banyak sekali pertanyaan lanjutan. Misalnya seperti, Apakah malaikat punya zonasi? Sehingga setiap zona atau negara memiliki malaikat tertentu yang bisa bahasa tertentu. Atau, Apakah mereka memiliki kemampuan polyglot, sehingga bisa berkomunikasi dengan berbagai bahasa? dan juga pertanyaan yang lain, seperti: Apakah saat di langit juga menggunakan bahasa manusia atau ada bahasanya sendiri?
Salah satu argumen dalam unggahan tersebut adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya.
إن لله ملائكة تنطق على ألسنة بني آدم بما في المرء من الخير والشر.
Artinya, “Sesungguhnya Allah Swt. memiliki malaikat yang berbicara dengan bahasa manusia atas hal yang baik dan buruk.”
Baca juga: Mendebat Wujud Malaikat
Hadis ini dianggap sahih menurut al-Hakim karena telah memenuhi syarat sahih ala Muslim.
Walaupun sahih, kita tidak bisa menerima mentah-mentah potongan hadis ini. Karena jika kita hanya mencukupkan untuk membaca potongan hadis ini, kita akan jadi musykil dan muncul berbagai pertanyaan sebagaimana di atas. Ujung-ujungnya hanya akan membuat pusing kita sendiri.
Potongan hadis ini bagi para ulama tentu musykil, bagaimana bisa seorang malaikat berbicara dengan bahasa manusia? Ternyata dalam riwayat yang lebih lengkap, Rasul Saw mendoakan dua jenazah dengan doa yang berbeda. Jenazah yang pertama didoakan agar selamat sedangkan jenazah yang kedua sebaliknya. Namun Rasul Saw hanya menggunakan kata “wajabat” saja.[1]
عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : كُنْتُ قَاعِدًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمُرَّ بِجِنَازَةٍ ، فَقَالَ : مَا هَذِهِ ؟ قَالُوا : جِنَازَةُ فُلاَنِيِّ الْفُلاَنِ كَانَ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، وَيَعْمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ ، وَيَسْعَى فِيهَا ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَجَبَتْ ، وَجَبَتْ ، وَجَبَتْ وَمُرَّ بِجِنَازَةٍ أُخْرَى ، قَالُوا : جِنَازَةُ فُلاَنٍ الْفُلاَنِيِّ كَانَ يُبْغِضُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، وَيَعْمَلُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ وَيَسْعَى فِيهَا ، فَقَالَ : وَجَبَتْ ، وَجَبَتْ ، وَجَبَتْ . فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ قَوْلُكَ فِي الْجِنَازَةِ ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهَا أُثْنِيَ عَلَى الأَوَّلِ خَيْرٌ ، وَعَلَى الْآخَرِ شَرٌّ فَقُلْتَ فِيهَا وَجَبَتْ ، وَجَبَتْ ، وَجَبَتْ ، فَقَالَ : نَعَمْ يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً تَنْطِقُ عَلَى أَلْسِنَةِ بَنِي آدَمَ بِمَا فِي الْمَرْءِ مِنَ الْخَيْرِ وَالشَّرِّ.
Artinya, “Dari Anas RA, ia berkata: Aku pernah duduk bersama Nabi Muhammad SAW. Kemudian ada rombongan yang membawa jenazah lewat. Rasul pun bertanya, “Apa ini?” Para rombongan tersebut kemudian menjawab, “Ini adalah jenazah si fulan yang mencintai Allah SWT dan Rasulnya, taat keapada Allah.” Rasul pun berkata, “wajabat, wajabat, wajabat.” Kemudian datanglah rombongan lain dengan membawa jenazah yang berbeda. Mereka menjelaskan, “Ini adalah jenazah si fulan, yang membenci Allah dan rasul-Nya. Ia sering berbuat maksiat.” Rasul berkata, “wajabat, wajabat, wajabat.” Para sahabat pun bertanya kepada Rasul, “Wahai Rasul, antara jenazah pertama yang dipuji karena perbuatan baiknya dan kedua yang dicela karena perbuatan buruknya, mengapa perkataanmu sama. Sama-sama “wajabat, wajabat, wajabat”? Rasul menjawab, “Benar, Abu bakar. Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat yang berbicara dengan bahasa manusia atas hal yang baik dan buruk.” (Lihat: Al-Hakim, al-Mustadrak, (Beirut: Dar al-Marifah, T.t), j. 2, h. 118.)
Maka dari itu, yang dimaksud berbicara dengan bahasa manusia adalah bahasa “wajabat” yang diucapkan Rasul untuk mendoakan dua jenazah yang berbeda tersebut dapat ditangkap oleh malaikat walaupun hanya diucapkan sepotong saja. Karena mereka sudah mengetahui mana jenazah yang baik dan mana yang buruk selama di dunia.
Namun dalam sebuah hadis tentang Islam, iman dan ihsan dijelaskan bahwa ada seorang malaikat yang bertanya kepada Rasul dan menjelaskan tiga hal tersebut dengan bahasa yang digunakan oleh Nabi dan para sahabat saat itu. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa malaikat memang mengerti bahasa manusia. Namun tidak bisa dipastikan, bahwa bahasa yang digunakan para malaikat sehari-hari adalah bahasa manusia pula.
Baca juga: Seluruh Makhluk Pasti Mati, Kecuali Beberapa Malaikat Ini
Malaikat adalah salah satu makhluk ghaib, maka segala hal yang berkaitan dengannya adalah hal yang ghaib pula, termasuk bahasa yang digunakan para malaikat itu untuk saling berkomunikasi. Allah SWT telah menjelaskan bahwa hanya Allah SWT saja lah yang mengetahui hal-hal yang ghaib, baik di langit maupun di bumi.
إِنَّ ٱللَّهَ عَٰلِمُ غَيْبِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (فاطر – 38)
Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui hal yang ghaib di langit dan di bumi. Sesungguhnya Ia sangat mengetahui hal yang terbesit di dalam dada.
(AN)
Wallahu a’lam.