Muhammad bin al-Husain bin Rasyid pernah bercerita, bahwa dirinya pernah melihat seseorang yang begitu menyayangi dan merawat anjing setia miliknya. Dia memberikan perhatian yang luar biasa besar kepada anjing yang setia itu.
Lantas Muhammad bin al Husain bin Rasyid menanyakan kepadanya tentang alasan di balik semua itu, orang itu lalu mulai bercerita sebagaimana yang terdapat dalam kitab ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu al-Jauzi.
Diceritakan bahwasanya anjing tersebut telah menyelamatkan sang pemilik dari malapetaka yang hampir merenggut nyawanya. Dulu, pemilik anjing itu mempunyai seorang kawan dekat. Mereka berdua bersahabat dan bergaul sejak beberapa tahun. Hingga pada suatu hari, mereka pergi berperang.
Setelah perang selesai, mereka kembali pulang. Waktu itu, sang pemilik anjing membawa kantong uang yang diikat di pinggang dan berisikan banyak dinar. Dia juga berhasil membawa pulang harta ghanimah yang cukup banyak.
Dalam perjalanannya, mereka berdua singgah di suatu tempat untuk beristirahat. Kemudian, tiba-tiba teman yang pemilik anjing itu menjebaknya, mengikat dan membelenggu dirinya. Lalu, si teman membuang tubuhnya ke tengah lembah dan mengambil semua harta yang dibawanya waktu itu. Kemudian dia pergi meninggalkan sang pemilik anjing di sana dalam keadaan tengah diikat.
Pada saat itu pun, sang pemilik anjing merasa putus asa dan tidak lagi memiliki harapan untuk selamat. Dan waktu itu juga, anjingnya duduk di samping dirinya kemudian ia pergi meninggalkan dirinya. Akan tetapi, selang beberapa waktu kemudian anjing peliharaannya kembali sambil membawa sepotong roti di mulutnya. Lalu, sang anjing meletakkan roti itu di depan dirinya, dan sang pemilik anjing pun memakannya. Dengan susah payah, sang pemilik anjing berusaha merangkak ke sebuah tempat yang ada airnya, untuk minum dengan keadaan tubuh yang masih dalam ikatan.
Anjing itu pun menemani dirinya sepanjang malam, dan terus menggongong sampai pagi. Karena tidak kuasa menahan kantuk, akhirnya pemiliki anjing tersebut tertidur dan sang anjing pun pergi. Tidak lama kemudian, anjingnya sudah kembali lagi sambil membawakan roti, lalu meletakkannya di depan dirinya, lantas dia pun memakannya.
Pada hari ketiga, anjing itu pergi lagi. Dalam hati orang yang memiliki anjing tersebut, ia berkata, “Ia pasti pergi untuk kembali lagi sambil membawa roti untukku.”
Ternyata memang benar, tidak lama kemudian anjing itu datang sambil membawa roti di mulutnya, lalu meletakkannya di depannya. Belum sampai habis roti itu dimakan, tiba tiba putra sang pemilik anjing sudah berada di dekat kepalanya sambil menangis dan berkata, “Apa yang ayah lakukan di sini? Bagaimana ayah bisa berada di sini seperti ini? Bagaimana ceritanya?”
Sang anak kemudian melepaskan tali yang mengikat tubuh dan tangan ayahnya itu. Lantas sang ayah bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau bisa tahu kalau ayah di sini? Siapa yang memberitahumu?”
Sang anak kemudian menceritakan kepada ayahnya bahwa, “Kemarin anjing ini datang ke rumah. Lantas, aku melemparkan roti ke arahnya. Anehnya, ia mengambil roti itu, tapi tidak memakannya. Anjing ini mengambil roti yang saya lemparkan dan langsung pergi sambil membawa roti tersebut di mulutnya. Biasanya, anjing ini selalu bersama ayah. Hari itu, ketika anjing ini pulang ke rumah sendirian tanpa bersama ayah, kami mulai merasa curiga. Anjing ini membawa roti yang kami berikan dengan mulutnya, tapi dia tidak memakannya dan langsung berlari pergi. Kami pun merasa semakin curiga dengan ulah anjing ini. Lalu akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti anjing ini, hingga aku bisa sampai berada di sini sekarang.”
Itulah yang membuat sang majikan sangat menyayangi anjing peliharaannya itu, karena anjing itu setia dan memiliki kedudukan spesial di matanya. Bahkan, jasanya melebihi keluarga dan kerabatnya.