Sebelum kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, masyarakat Makkah dikenal sebagai penyembah berhala. Ada beberapa istilah yang terkait dengan praktik penyembahan berhala ini, seperti musyrik, paganisme, dan politeisme.
Musyrik bermakna menyekutukan Allah; paganisme berarti keyakinan dengan menyembah berhala atau patung, sedangkan politeisme diartikan dengan menyembah banyak tuhan. Semua istilah beserta praktik tersebut merupakan lawan kata dari monoteisme atau tauhid yang berarti keyakinan penuh hanya kepada satu tuhan, Tuhan yang esa, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Ikhlas.
Oh ya, perlu dicatat, di jazirah Arab pada masa jahiliyah tidak hanya terdiri dari penyembah berhala. Pemeluk agama Yahudi dan Nasrani tercatat sudah ada di jazirah Arab, meskipun jumlahnya terbatas, dan tidak menjadi mayoritas sebagaimana penyembah berhala.
Baiklah, mari kita mengenal lebih dekat berhala-berhala terpenting di Makkah pada masa jahiliyah tersebut:
Yang pertama adalah Hubal. Hubal merupakan berhala yang paling diagungkan oleh bangsa Arab. Berhala ini dibawa oleh rombongan Amr bin Luhay dalam perjalanan pulang dari Syam. Kala itu, Syam (Syria kini) dikenal sebagai negerinya para rasul dan kitab. Amr bin Luhay lalu memandang bahwa apa-apa yang dikerjakan oleh penduduk Syam adalah kebaikan. Kaum Moabit, penduduk Syam, memberikan Hubal kepada Amr bin Luhay yang kemudian dibawa pulang dan dipajang di dalam Ka’bah.
Amr bin Luhay, pemimpin bani Khuza’ah yang menggantikan era kepemimpinan suku Jurhum, menjadi orang yang paling dihormati dan membuat sejumlah aturan baru dalam beragama yang menyimpang dari ajaran Ibrahim (ajaran Hanif). Dia dikenal sebagai pelopor masuknya paganisme di jazirah Arab. Di kalangan bangsa Arab endiri, dia dianggap menjadi ulama dan wali bagi bangsa Arab. Dikenal pula sebagai seorang dermawan dan bijak bestari.
Selain Hubal, berhala lainnya yang terkenal yaitu Manat, berhala kaum Hudhail dan Khuzaah. Ditempatkan di Musyallal, tepi laut merah, di dekat Qudaid. Ada juga Lata di Thaif dan Uzza di Wadi Nakhlah.
Dikatakan bahwa Hubal merupakan berhala terbesar berbentuk laki-laki yang terbuat dari batu akik. Lengan berhala ini pernah mengalami kerusakan dan oleh orang-orang Quraisy diganti dengan lengan dari emas. Adapun berhala Lata, Uzza, dan Manat berbentuk wanita.
Bagi bangsa Arab sendiri, mereka tidaklah menyembah berhala-berhala itu. Melainkan berhala tersebut sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Amr bin Luhay juga menciptakan tradisi baru penyembahan terhadap berhala. Mengelilinginya, sujud di bawahnya, lalu berdoa dengan harapan berhala itu bisa memberikan syafaat di sisi Allah.
Selain beberapa berhala besar itu, kebanyakan orang Arab juga memiliki berhala yang dikeramatkan di rumah masing-masing sebagai tempat sembahyang dan menyerahkan kurban-kurban mereka. Saat musim haji tiba, banyak sekali berhala yang memenuhi Ka’bah. Saat peristiwa penaklukan Makkah oleh Nabi dikatakan bahwa di dalamnya terdapat 360 berhala.
Seperti yang tercatat dalam sirah Nabi Muhammad, setelah penaklukan kota Makah, Nabi mengutus sejumlah sahabat untuk merobohkan berhala-berhala di sekitar Makkah. Bahkan, ada yang berseru, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka dia tidak boleh membiarkan ada berhala di rumahnya, melainkan dia harus merobohkannya sendiri.”
Beberapa utusan yang diberi tugas untuk menghancurkan berhala tersebut antara lain Khalid bin Al-Walid dikirim ke Nakhlah untuk menghancurkan Uzza; Amru bin Al-Ash dikirim untuk merobohkan berhala Suwa’ di Ruhath, milik Hudzail; Sa’d bin Zaid bersama 20 pasukan pergi ke Al-Musyallal untuk merobohkan Manat.
Begitulah sekelumit kisah berakhirnya era paganisme di Makkah. Kemusyrikan yang dilenyapkan sampai ke akar-akarnya digantikan dengan agama Tauhid, yang menyeru untuk tunduk, patuh, dan berserah kepada Allah semata, Tuhan yang Esa. Sekaligus menandai awal peradaban Islam yang berkembang pesat di masa-masa selanjutnya.