Allah Maha Baik, Hujan Basahi Mina yang Kering karena Panas Ekstrem

Allah Maha Baik, Hujan Basahi Mina yang Kering karena Panas Ekstrem

Allah Maha Baik, Hujan Basahi Mina yang Kering karena Panas Ekstrem
Hujan turun di Mekkah tanggal 17 Juni 2024 setelah panas ekstrem (Foto: MCH 2024)

Islami.co (Haji 2024) — Senin sore, 17 Juni 2024, Kota Mekkah menyaksikan pemandangan langka dan memukau. Langit yang biasanya cerah membentang, mendadak dihiasi awan tebal yang menggelayut, dan beberapa saat kemudian, hujan pun turun mengguyur dengan lembutnya. Fenomena ini terjadi pada pukul 16.00 Waktu Arab Saudi (WAS), bertepatan dengan 11 Dzulhijah 1445 Hijriah, memberikan berkah yang tak terduga bagi para jamaah haji yang sedang menjalankan ibadah mabit di Mina.

Heryadi, seorang jamaah asal Jakarta, menyambut hujan ini dengan syukur yang mendalam. “Hujan adalah rahmat, apalagi di Kota Suci Mekkah. Semoga menjadi tanda-tanda kebaikan untuk seluruh jamaah haji 2024,” ujarnya penuh haru. Bagi para jamaah, hujan ini bukan hanya pelepas dahaga di tengah cuaca yang mencapai 44 hingga 49 derajat Celsius, tetapi juga menjadi momen spiritual yang mengingatkan mereka akan kasih sayang Allah SWT.

Di Mina, para jamaah yang tengah melakukan ritual melempar jumroh merasakan kesejukan yang amat dinantikan. Hujan yang mengguyur selama sekitar 30 menit itu menjadi anugerah yang tak ternilai, mengusir sementara panas yang menyengat. Suara hujan yang jatuh bak simfoni alam yang harmonis, memecah keheningan gurun pasir dan batuan yang biasanya panas membara.

Tak hanya jamaah haji yang merasakan berkah ini, penduduk setempat juga ikut merayakan turunnya hujan. Mereka keluar rumah, mengulurkan tangan ke langit, dan berdoa sembari menikmati tiap tetesan yang jatuh. Pemandangan anak-anak berlarian dengan riang di bawah hujan, orang tua yang menengadahkan tangan, dan doa-doa yang terucap, menciptakan suasana penuh kebahagiaan dan harapan.

Namun, hujan di Mekkah berbeda dengan hujan di Indonesia. Di tanah air, hujan membawa aroma khas tanah yang disebut petrichor—bau alami yang tercium saat hujan membasahi tanah kering. Di Mekkah, meski hujan turun, cuaca tetap terasa hangat dan tidak ada aroma petrichor yang menyertai. Mekkah yang dikelilingi oleh gurun pasir dan batuan, jarang sekali mengalami hujan, menjadikan peristiwa ini semakin istimewa.

Fenomena alam ini mengingatkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya, dan (Imam) Abu Dawud. Dari Anas, dia berkata, “Nabi ketika melihat hujan, beliau membuka bajunya.” Dalam riwayat lain dari Abu Dawud, Anas berkata, “Nabi menyingkap pakaiannya hingga terkena guyuran hujan.” Rasulullah SAW menyambut hujan dengan penuh suka cita, mengajarkan umatnya untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah.

“Allahummaj’alhu shayyiban naafi’an,” doa yang menggema di hati setiap muslim saat hujan turun. “Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat.” Hujan di Mekkah menjadi simbol harapan, keberkahan, dan pengingat akan kasih sayang Allah SWT yang tiada henti.

Di tengah perjalanan spiritual para jamaah haji, hujan ini menjadi momen yang mengukuhkan iman dan kesabaran mereka. Dalam setiap tetes yang jatuh, terdapat kisah tentang rahmat dan pengharapan. Hujan yang mengguyur Mekkah tak hanya menyegarkan fisik, tetapi juga menyirami jiwa dengan ketenangan dan kesejukan batin.

Di Tanah Suci ini, setiap peristiwa memiliki makna mendalam, dan hujan yang turun di tengah panas ekstrem ini adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang patut disyukuri. Bagi para jamaah haji 2024, momen ini akan selalu menjadi bagian tak terlupakan dari perjalanan spiritual mereka, mengingatkan mereka untuk selalu bersyukur dan berserah diri kepada Sang Pencipta.

(AN)