Al-Wehda FC, Mempersatukan Penduduk Lokal Mekkah dan Jamaah Haji Indonesia Lewat Sepak Bola

Al-Wehda FC, Mempersatukan Penduduk Lokal Mekkah dan Jamaah Haji Indonesia Lewat Sepak Bola

Al-Wehda FC, klub sepak bola asal Mekkah yang menjadi simbol persatuan penduduk lokal Mekkah dan Jamaah Haji Indonesia.

Al-Wehda FC, Mempersatukan Penduduk Lokal Mekkah dan Jamaah Haji Indonesia Lewat Sepak Bola
Skuad Al-Wehda FC berfoto sebelum pertandingan. Sumber: Akun ofisial Al-Wehda FC.

Belakangan ini, Liga Pro Arab Saudi (Saudi Pro-League) sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar olahraga sepak bola. Itu semua terjadi lantaran klub-klub besar yang berkompetisi di liga tersebut berlomba untuk mendatangkan pemain bintang top Eropa. Klub-klub seperti Al-Ittihad, Al-Nasr, dan Al-Hilal menjadi familiar di telinga netizen. Namun, siapa sangka, ada satu klub yang dalam sejarahnya memiliki relasi kuat dengan jamaah haji Indonesia. Klub itu adalah Al-Wehda FC.

Al-Wehda FC dan Jamaah Haji Indonesia

Al-Wehda FC adalah salah satu klub sepak bola tertua Arab Saudi. Klub asal Mekkah ini dibentuk pertama kali pada 1916 dengan nama Al Mukhtalath. Barulah pada tahun 1946, namanya berganti menjadi Al-Hizb, dan tak berselang lama kembali berganti nama menjadi Al-Wehda. Yang unik dari klub yang bermarkas di King Abdul Aziz Stadium ini adalah adanya keterlibatan jamaah haji asal Indonesia dalam pendiriannya.

Abdul Wahhab al-Sabban, mantan presiden Al-Wehda FC, mengisahkan hal tersebut dalam wawancara bersama media lokal Arab Saudi, Al-‘Arabiyya. Ia mengatakan bahwa masuknya sepak bola ke tanah suci Mekkah tidak bisa dilepaskan dari kedatangan para jama’ah haji asal Indonesia. Para al-Hujjaj al-Jawi atau jamaah haji asal nusantara itu juga menetap di sana untuk mendalami ilmu-ilmu keislaman.

Saat menetap, para jamaah haji ini masih mempraktekkan adat dan kebiasaan mereka di tanah air, yang salah satunya adalah bermain sepak bola. Konon, dikatakan bahwa mereka mengenal sepak bola dari kolonial Belanda. Wilayah yang menjadi “pusat” olahraga sepak bola para jamaah haji asal nusantara adalah Bi`r Majid. Lama-kelamaan, permainan sepak bola juga digemari warga lokal. Anak-anak dengan dua latar suku bangsa yang berbeda disatukan oleh permainan ini.

Baca Juga: Haji dan Sejarah Perjumpaan Muslim Lintas Negara

Akhirnya, karena antusiasme terhadap sepak bola semakin tinggi, didirikanlah sebuah klub sepak bola. Didasari fakta bahwa klub sepak bola ini mampu menyatukan dua golongan, yakni, para pendatang dari Nusantara dan warga lokal Mekkah, klub ini diberi nama Al-Mukhtalath yang berarti ‘percampuran’. Pendirian klub ini juga menginspirasi pendirian 17 klub lainnya setelah Al-Mukhtalath berdiri.

Hal unik lain dari Al-Wehda adalah warna kebesaran mereka, yakni Merah-Putih. Menurut Al-Sabban, warna kebesaran merah-putih ini terinspirasi oleh Bendera Sang Saka Merah Putih yang telah diwancanakan sebagai bendera nasional Indonesia sejak 1928. Hal ini dikonfirmasi oleh harian Al-Riyadh.  Dalam artikel orbituari untuk Ahmad ‘Abdul Halim Qaruth selaku pendiri Al-Wehda. Di sana dijelaskan bahwa tahun yang diakui secara hukum sebagai tahun berdirinya Al-Wehda adalah 1946 atau 1366 hijriah. Tepatnya ketika nama klub berganti nama dari Al-Hizb menjadi Al-Wehda.

‘Abdul Halim Qaruth sendiri adalah sosok yang mengubah nama Al-Mukhtalath menjadi Al-Hizb, sebelum akhirnya menjadi Al-Wehda. Secara bahasa, Al-Wehda (الوحدة) berarti “persatuan”. Nama ini tentunya lebih dalam maknanya daripada Al-Mukhtalath yang hanya berarti “percampuran”. Al-Wehda menjadi simbol bahwa antara penduduk lokal Mekkah dengan jamaah haji Indonesia tidak hanya sekadar bercampur, melainkan juga bersatu.

Selain itu, Qaruth juga diketahui sebagai sosok yang mengubah warna kebesaran klub menjadi merah dan putih. Alasannya, ia terkesima dengan gagahnya bendera suatu negara yang berwarna merah-putih. Meski tidak disebutkan secara spesifik negara yang dimaksud, serta adanya fakta bahwa bendera merah putih tidak hanya milik satu negara, tetap dapat diperkirakan bahwa negara yang dimaksud adalah Indonesia. Karena pada saat pengubahan nama klub menjadi Al-Wehda sekaligus pengubahan warna kebesaran klub menjadi merah putih pada tahun 1946, nama Indonesia sedang harum-harumnya. Karena Indonesia baru saja menjadi negara terjajah pertama yang berhasil merdeka pasca-Perang Dunia II di antara bagian dunia Islam lainnya di timur.

Baca Juga: Nasib Jamaah Haji Indonesia Hindia-Belanda pada Zaman Perang Dunia I

Performa yang Meredup

Sepanjang sejarahnya, Al-Wehda FC pernah melewati masa kejayaan. Klub berjuluk ‘Pasukan Berkuda Mekkah’ (The Knights of Mecca) ini sukses meraih berbagai gelar bergengsi. Di antaranya adalah empat gelar Saudi Pro-League (1982-1983, 1995-1996, 2003-2004, dan 2017-2018), dua gelar King Cup (1956-1957 dan 1965-1966), serta satu gelar Crown Prince Cup (1959-1960). Di level internasional, kiprah Al-Wehda FC belum terlihat, prestasi terbaik mereka hanyalah menembus babak play-off Liga Champion Asia pada tahun 2021. Langkah mereka dihentikan oleh wakil Iraq, Al-Quwa Al-Jawiya, dengan skor 2-3 lewat babak adu penalti.

Dewasa ini, prestasi klub yang diasuh oleh pelatih berkebangsaan Chile, José Luis Sierra, sedang meredup. Di musim 2022-2023, Al-Wehda FC yang baru saja promosi dari kasta kedua Liga Arab Saudi hanya mampu duduk di posisi 13 dari 16 peserta Saudi Pro-League. [NH]