Al-Hasan al-Bashri: Pengusaha Permata yang Menjadi Sufi

Al-Hasan al-Bashri: Pengusaha Permata yang Menjadi Sufi

Hasan al-Bashri awalnya seorang pengusaha permata. Ia menjadi seorang sufi setelah mengalami suatu hal.

Al-Hasan al-Bashri: Pengusaha Permata yang Menjadi Sufi

Saat masih muda, Hasan al-Bashri adalah seorang pengusaha permata dan perhiasan yang sering bepergian ke luar negeri.  Hasan al-Bashri lahir di Madinah pada tahun 21 H atau sekitar tahun 642 M, yakni pada masa pemerintahan Umar bin Khatthab. Bahkan ‘Umar secara khusus mendo’akan Hasan al-Bashri agar kelak menjadi orang yang pandai dalam agama.

Dalam doanya ia berucap, “Ya Allah jadikan bayi ini pandai dalam agama dan buatlah ia dicintai banyak orang”. Ayahnya, Yasar adalah mantan budak Zaid bin Tsabit yang kemudian menjadi sekretarisnya. Sedangkan ibunya bernama Khairah, mantan budak Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW.

Baca juga: Nasihat Sufi Hasan Al-Bashri yang Membuat Hati Kita Sejuk

Makna dari al-Hasan adalah tampan. Ada anekdot di belakang nama ini. Setelah lahir, beberapa sahabat nabi membawanya ke rumah ‘Umar bin Khatthab. ‘Umar memandanginya lalu berkata, “Betapa tampan wajahnya. Sebaiknya namanya Hasan agar wajahnya tetap tampan”.

Hasan al-Bashri adalah termasuk golongan tabi’in yang bertemu sedikitnya 120 sahabat nabi. Selain itu, ia mempelajari agama di bawah bimbingan Hasan, cucu nabi. Bahkan menurut beberapa riwayat ia mendapatkan pengetahuan spiritualnya dari sayyidina ‘Ali.

Aktivitasnya menjadi pengusaha permatan, membuat Hasan bersafar ke Roma, dan bertemu dengan seorang menteri terkemuka. Pertemuan itu akhirnya berlanjut menjadi persahabatan. Pada suatu hari, sang menteri meminta untuk menemaninya untuk menghadiri sebuah acara, dan al-Hasan menerima ajakan itu.

Baca juga: Sufi yang Merasa Menyesal Baca Alhamdulillah

Ketika mereka sampai di tempat acara, al-Hasan melihat ada sebuah tenda bagus yang dihias dengan elok, bersih, dan rapi. Lalu sekelompok prajurit menghampiri tenda dan menyerukan beberapa kata di depan tenda.

Beberapa inetlek datang dan mengucapkan kata-kata sambil mengelilingi tenda, lalu pergi. Kemudian beberapa wanita cantik, raja, dan ratu melakukan hal yang sama. Kemudian al-Hasan bertanya kepada sang menteri apa yang mereka lakukan dan kenapa mereka berkata seperti itu.

“Raja memiliki seorang putra yang tampan meninggal dunia secara tiba-tiba. Oleh karena itu, raja dan ratu mendirikan tenda yang bagus di atas pemakamannya, dan setiap tahun festival ini diselenggarakan untuk memperingati peristiwa itu,” ujar sang menteri.

Lalu Hasan al-Bashri bertanya, “Mengapa mereka mengucapkan kata-kata itu di atas makamnya?” Menteri itu pun menjawab, “Setiap kelompok mengucapkan kata-kata itu di atas makamnya seolah-olah jika mampu, mereka akan menyelamatkannya dari kematian dan mereka akan memujanya bila ia berada di tengah-tengah mereka. Akan tetapi, mereka semua tidak mampu.”

Akhirnya raja dan ratu meratapi ketidakmampuan mereka. Mereka tidak berdaya meskipun kaya raya. Mendengar kisah itu, al-Hasan mengali perubahan spiritual secara tiba-tiba. Dan saat itulah ia memutuskan untuk hidup zuhud dan meninggalkan kehidupan dunia.

Referensi:

Amir al-Najjar, Imam al-Zahidin wa al-Wara’in; al-Hasan al-Bashri (Mesir: al-Dar al-Mishriyyah al-‘Ammh li al-Kitab, 2003).

Atiqul Haque, Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, terj. Ira Puspitorini (Yogyakarta: Diglossia, 2007)