Diantara permasalahan yang perlu disoroti dari perilaku sebagian kaum muslimin ketika Ramadan tiba adalah kemalasan mereka untuk beraktifitas di siang hari bulan Ramadan dengan alasan lemas sebab sedang puasa. Mereka lebih memilih untuk memperbanyak tidur dengan dalih tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.
Sedangkan, dalil agama yang biasa dijadikan tameng oleh orang-orang tersebut adalah hadis palsu yang sering disandarkan kepada Rasulullah SAW, “Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah” (naumu al-shaim ibadah). Dengan landasan hadis palsu tersebutlah mereka menjawab kritikan orang-orang yang mencoba menasehati mereka untuk tidak terlalu memperbanyak tidur ketika berpuasa di bulan Ramadan.
Rasulullah SAW sebagai manusia terbaik, serta terdekat dengan Allah SWT, sangat mengetahui keutamaan bulan Ramadan. Oleh karena itu, selama hidupnya beliau tidak pernah menyia-nyiakan waktu di bulan Ramadan yang penuh dengan keberkahan dengan cara bermalas-malasan atau memperbanyak tidur, baik di siang hari, maupun di malam hari.
Beliau sangat memahami bahwasannya waktu di bulan Ramadan dipenuhi dengan keberkahan yang melimpah, oleh karenanya beliau selalu memanfaatkan waktu di bulan Ramadan baik siang maupun malam, untuk meningkatkan kapasitas amal kebaikan beliau sebagai hamba Allah SWT.
Bahkan, jika pada bulan-bulan selain Ramadan beliau dikenal dengan pribadi yang sangat antusias untuk melakukan kebaikan, maka, di bulan Ramadan aktifitas kebaikan beliau meningkat hingga berlipat-lipat, dan beliau tidak bermalas-malasan meskipun beliau berpuasa, sebagaimana disebutkan oleh al-Hafnawi dalam kitabnya yang berjudul “Al-Rasul Shallallahu Alaih Wa Sallama Fi Ramadhan”
Selanjutnya, bagi Rasulullah SAW, orang yang mendapati bulan Ramadan, namun tidak memanfaatkannya untuk memperbanyak kebaikan dan meminimalisir keburukan, sehingga tidak berhasil mendapatkan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya pada bulan itu merupakan orang yang merugi.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Amar bin Yasir bahwasannnya suatu hari Rasulullah SAW naik ke mimbar dan mengucapkan “amin, amin, amin” sebanyak tiga kali, lalu beliau berkata, “Orang yang mendapati kedua orangtuanya, atau salah satunya, namun tidak meraih pengampunan Allah SWT, maka Allah SWT menjauh darinya, katakanlah ,“Amin”, lalu, orang yang mendapati bulan Ramadan, namun, tak berhasil meraih pengampunan Allah SWT, maka Allah SWT akan menjauh darinya, katakanlah: “Amin”, kemudian, orang yang namaku disebut di dekatnya, namun ia tak bershalawat kepadaku, maka Allah SWT akan menjauh darinya, katakanlah: “Amin”. (HR. Bazzar)
Hadis tersebut meskipun secara sanad lemah, namun memiliki substansi peringatan yang bisa diambil faidahnya bagi orang-orang yang lebih memilih bermalas-malasan di siang hari bulan ramadan, terkhusus pada bagian peringatan bagi seseorang yang mendapati bulan Ramadan, namun tidak memanfaatkannya dengan baik sehingga ia tak berhasil meraih ampunan Allah SWT ketika bulan Ramadan berakhir.
Kemudian jika kita telisik melalui pendekatan sejarah dalam kehidupan Rasulullah SAW khususnya di bulan Ramadan, banyak sekali peristiwa-peristiwa besar terjadi di siang hari bulan tersebut, diantaranya, perang badar al-kubro, dan pembebasan kota Mekah.
Dari peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di siang hari bulan Ramadan pada masa Nabi Muhammad SAW, kita bisa mengetahui bahwasannya beliau selalu mengisi siang-siang bulan Ramadan yang beliau dapati dengan aktifitas-aktifitas yang bermanfaat bagi umat, dan tidak merasa lemah serta bermalas-malasan di siang hari bulan Ramadan.
Dengan pelajaran tersebut, semoga kita bisa meneladani beliau untuk senantiasa memanfaatkan waktu di bulan Ramadan, dengan aktifitas-aktifitas yang positif, serta bukan malah bermalas-malasan dengan dalih sedang berpuasa, apalagi jika sampai beranggapan bahwasannya tidurnya orang yang berpuasa lebih baik dari beraktifitasnya.