Saya termasuk penggemar musik-musik karya Ahmad Dhani. Lagu-lagu yang dia ciptakan hampir semua saya kenali. Sejak masih awal bersama Dewa 19 dan group-group musik yang dia gawangi saya sukai. Apalagi ketika dia ketika dia mulai mengarang beberapa lagi lagu yang bernuansa sufistik. Anak-anaknya juga diberi nama tokoh-tokoh Sufi besar yang menunjukkan kecintaaanya pada dunia sufistik. Tidak heran kalau beberapa lagunya menggambarkan semangat sufistik yang kental. Lagu “Laskar Cinta” misalnya. Lagu ini menggambarkan spririt sufistik.
Lagu ini juga merupakan lagu perlawanan Ahmad Dhani terhadap kelompok-kelompok yang mengumbar kebenarannya sendiri dan suka memerangi orang yang berbeda, bahkan dengan kekerasan.
Lagu “Laskar Cinta” kuat sekali lirik perlawanannya. Ketika beberapa lagu Ahmad Dhani dipersoalkan kelompok tertentu, termasuk penampilannya di sebuah stasiun TV yang dianggap menistakan Islam, dia merapat ke PBNU. Dia juga sowan ke Gus Dur. Bahkan dia pernah mengatakan, di Indonesia, hanya ada dua ulama yang dia ikuti: Gus Dur dan Pak Quraish Shihab.
Dhani pun merapat ke GP Ansor bahkan diberi anugerah sebagai anggota kehormatan Banser GP Ansor. Saya sering melihat dia wira wiri ke gedung PBNU. Keluarga besar NU memanusiakan dan memberi perlindungan agar dia tetap bisa berkarya.
Saya juga suka ceplas ceplosnya. Waktu dia bersitegang dengan Maia Estianti (sebelum benar-benar cerai) saya sering mengikuti pernyataan-pernyatannya yang bagi kalangan aktifis perempuan dianggap menjengkelkan.
Baca juga: Ahok, Ahmad Dhani dan Kompromi Politik
Saya tidak tahu sebab musababnya tiba-tiba Ahmad Dhani berbelok halauan agamanya. Dalam pemilu 2014, dia bersama PKB. Bahkan, dia pernah digadang-gadang untuk menjadi Gubernur DKI dari PKB, tapi rencana itu gagal. Tampaknya Ahmad Dhani sangat kecewa dengan kegagalan itu.
Dalam pilpres 2014, Dhani memilih mendukung Prabowo, meskipun PKB mendukung Jokowi-JK. Tampaknya dari titik inilah perjalanan Ahmad Dhani mulai berbelok. Setelah Prabowo kalah dalam pilpres 2014, ternyata semakin aktif dalam politik meski berkali kali gagal, termasuk menjadi calon wakil Bupati Bekasi, daerah yang jelas dia tidak punya basis massa di situ. Dia semakin mengeras pada massa Pilkada DKI, demo 212 damn seterusnya.
Dia mengambil langkah politik yang cenderung mengedepankan politik identitas. Dia juga semakin tampak “Islami”. Istrinya, Mulaan Jameela juga semakin tampak religius dengan memakai jilbab yang dipanggil “ukhti” oleh komunitasnya. Ahmad Dhani dan Mulan pun menjadi calon Gerindra dalam pemilu 2019.
Dia semakin menjauh dari NU. Perilaku dan kata-katanya tidak lagi mencerminkan semangat NU. Bahkan dia berkolaborasi dengan kelompok yang dulu mengintimidasi. Semangat menjaga NKRI mulai sumbang. Dalam sebuah dialog di TV tentang pembubaran HTI, nada bicara dia cenderung membela HTI. Bisa dapihamai, karena belakangan Dhani runtang runtung dengan kelompok ini. GP Ansor pun akhirnya mencabut anggota kehormatan yang dulu pernah diberikan.
Puncaknya tentu saja kita tahu. Ahmad Dhani harus masuk penjara 1,5 tahun karena ujaran kebencian yang dia lakukan dengan sembrono. Ceplas-ceplos yang tidak terkontrol berakibat serius pada dirinya. Yang lebih menyakitkan, dia masuk penjara berselang beberapa hari setelah BTP/Ahok keluar penjara. Ahmad Dhani tentu punya kontribusi mendorong BTP/Ahok masuk penjara.
Baca juga: Ahmad Dhani Mending Bermusik SajalahÂ
Saya sangat merindukan Ahmad Dhani yang dulu. Musisi yang karya-karyanya saya kagumi. Bukan Ahmad Dhani yang hidupnya diselimuti kebencian. Semoga 1,5 tahun waktu yang cukup untuk merenung. Ahmad Dhani, jika kamu benar-benar bingung, datanglah ke kiai NU. Mintalah nasehat kepada Gus Mus, Mbah Moen, Pak Quraish dan kiai-kiai sepuh lainnya. Pasti hatimu akan lebih tenang.
Allah sedang mengingatkan bahwa sekarang kamu bergaul dengan orang yang tidak tepat. Politik telah membutakan mata batinmu sendiri.
Saya rindu Ahmad Dhani yang dulu….