Abdul Wahhâb ibn Ibrâhîm al-Âsyî adalah cendekiawan Makkah asal Aceh yang tercatat sebagai pelopor dunia susastra dan jurnalistik modern di Hijâz, utamanya sejak masa awal Kerajaan Saudi Arabia.
Nama Abdul Wahhâb Âsyî sangat popular dalam dunia kajian sastra dan jurnalistik modern Saudi Arabia. Namun berbeda dengan di tanah leluhurnya, yaitu Indonesia secara umum dan Aceh secara khusus, nama Abdul Wahhâb Âsyî hampir tidak diketahui dan terasing.
Nama besar Abdul Wahhâb Âsyî bisa dibandingkan dengan Alî Ahmad Bâ-Katsîr, tokoh yang dicatat sebagai pelopor sastra drama Arab modern (râid al-masrahiyyah al-‘arabiyyah), yang merupakan putra Nusantara asal Surabaya dan memiliki karir serta reputasi gemilang di Kairo pada paruh pertama abad ke-20 M.
Abdul Wahhâb lahir pada tahun 1905 (1323 H) di Dâr al-Âsyî (Rumah Aceh) yang terletak di distrik al-Syâmiyyah di Makkah dari orang tua bernama Syaikh Ibrâhîm al-Âsyî. Sang ayah tercatat sebagai salah seorang tetua Aceh yang bermukim dan berkarir di Makkah dan memiliki pengaruh besar.
Pada awal abad ke-14 H (akhir abad ke-19 M), Syaikh Ibrâhîm al-Âsyî mendirikan kuttâb (pesantren al-Qur’an untuk anak-anak) di distrik tersebut, yang terkenal dengan nama Kuttâb Âsyiah. Pada perjalanannya, kuttâb ini terhitung sebagai salah satu kuttâb terkenal di Makkah pada masanya.
Syaikh Ibrâhîm juga mendirikan Dâr al-Âsyî (Rumah Aceh) yang terdiri dari empat buah rumah tingkat (apartemen). Rumah tersebut diperuntukkan bagi keluarga besarnya, selain sebagai rumah penginapan bagi jemaah haji asal Aceh dan wilayah sekitarnya.
Abdul Wahhâb tumbuh besar di lingkungan Dâr al-Âsyî tersebut. Ia belajar al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu keislaman di Kuttâb Âsyîah yang didirikan oleh ayahnya. Di kuttâb itu juga Abdul Wahhab mengkhatamkan al-Qur’an.
Pada usia sepuluh tahun, Abdul Wahhâb melanjutkan belajarnya ke Madrasah al-Falâh yang juga terdapat di Makkah. Lingkungan ilmiah yang ia dapatkan di kuttâb kakeknya, dan juga di madrasah al-Falâh berpengaruh besar pada kecintaan dan minat besarnya atas ilmu pengetahuan. Ia pun banyak belajar di halaqah-halaqah keilmuan yang terdpat di Masjid al-Haram, disamping banyak membaca buku-buku lintas disiplin secara otodidak.
Pada tahun 1341 H (1922 M), ia diangkat menjadi salah satu pengajar di madrasah al-Fakhriyyah di Makkah, selain juga mengajar di almamaternya di madrasah al-Falâh pada tahun 1347 H (1929 M).
Abdul Wahhab kemudian lebih aktif di dunia susastra dan jurnalistik. Bersama Muhammad Shalih Nashîf, ia pun mendirikan surat kabar “Shaut al-Hijâz” yang terbit di Makkah pada tahun 1350 H (1931 M). “Shaut al-Hijâz” tercatat sebagai surat kabar swasta pertama yang terbit dalam sejarah Hijâz modern, yaitu masa awal Kerajaan Saudi Arabia. Abdul Wahhâb Âsyî tercatat sebagai pemimpin redaksi (raîs tahrîr) pertama surat kabar tersebut.
Reputasi Abdul Wahhâb Âsyî sebagai pelopor dunia jurnalistik di Hijâz pun kian meningkat. Ia juga terkenal sebagai salah satu pelopor dunia susastra Hijâz modern. Selain banyak menuliskan pemikirannya, Abdul Wahhâb Âsyî juga banyak menuliskan karya dan kritik sastranya. Ia pun mendirikan al-Nâdî al-Adabî al-Su’ûdî (Persatuan Sastra Arab Saudi).
Di antara beberapa karya intelektualnya adalah; (1) Dîwân Syauq wa Syauq (kumpulan puisi), (2) Fath Makkah (sejarah), dan (3) Hal al-Hurûb Dharûrah min Dharûriyyât al-Basyar (ulasan social-politik). Beberapa puisinya juga terhimpun dalam antologi puisi Hijâz Modern seperti “al-Adab al-Hijâzî”, “al-Mausû’ah al-Adabiyyah”, dan “Wahy al-Shahrâ”.
Dikisahkan oleh anaknya, Ahmad Syauqî ibn Abdul Wahhâb Âsyî, bahwa sang ayah adalah sosok seorang sastrawan dan jurnalis yang dekat dengan ulama. Ia adalah sebaik-baiknya murabbi. Sang ayah adalah sosok yang lembut namun tegas, berwawasan luas, menghormati perbedaan pendapat, dan sangat terbuka dengan pelbagai macam aliran pemikiran.
Abdul Wahhâb Âsyî wafat pada tahun 1985 (1406 H) di Makkah dan dikuburkan di Ma’la.
Bandung, Desember 2016
A. Ginanjar Sya’ban