Allah Ta’ala telah menugaskan Malaikat Rakib dan Atid yang mulia untuk mengawasi dan mencatat perbuatan dan ucapan manusia. Mereka mencatat semua kebaikan dan keburukan dalam lembaran catatan amal yang akan diberikan kepada manusia kelak di hari dibagikannya catatan tersebut.
Dalam kitab Al-Jami’u As-Shoghir karya Imam Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakar As Suyuthi, terdapat hadits shohih (juz 2 hal 18) yang diriwayatkan Sayyidatina ‘Aisyah yang menerangkan pembagian catatan ‘amal kita terbagi menjadi tiga macam.
Pertama, catatan yang Allah Ta’ala tidak akan pernah mengampuninya sama sekali. Yaitu adalah dosa yang diperoleh dari mempersekutukan Allah Ta’ala atau musyrik. Dosa tersebut apabila tidak ditaubati dan kembali beriman, maka sama sekali tidak akan pernah terampuni oleh Allah Ta’ala.
Sebagaimana termaktub dalam QS. An Nisa’ ayat 48 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.
Kedua, catatan yang Allah Ta’ala tidak memperdulikannya sama sekali. Hal ini dapat terjadi pada dosa yang dilakukan seorang muslim atas perbuatan dhalim yang berhubungan langsung dengan Allah Ta’ala. Contoh seorang muslim meninggalkan sholat atau puasa wajib yang pada dasarnya merupakan suatu perbuatan dosa. Namun karena Allah Ta’ala itu dzat yang ghofurur rohim, bisa saja dosa tersebut tidak diperdulikanNya ketika Dia berkehendak.
Ketiga, catatan yang tidak akan pernah ditinggalkan Allah Ta’ala. Catatan ini jatuh pada dosa seorang muslim yang dihasilkan atas perbuatan dhalimnya pada muslim lain. Selagi orang yang terdhalimi belum meridhai atau memaafkannya, maka Allah Ta’ala tidak akan pernah menghapus catatan ini. Oleh karena itu Allah Ta’ala juga menetapkan hukum qishash pada kedhaliman yang dilakukan terhadap muslim lain.
Termaktub pula dalam QS. Asy Syuura ayat 42 yang artinya : “Sesungguhnya dosa itu, (dibebankan) atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia, dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih”.
Wallahu A’lam.