Iran merayakan Pekan Pertahanan Suci tahun ini, yang diadakan pada 22-27 September 2020. Peringatan ini untuk memperingati pengorbanan orang Iran selama salah satu konflik bersenjata paling fenomenal dalam sejarah yang pecah lebih dari tiga dekade lalu yang melibatkan Iran dan Irak.
Pekan Pertahanan Suci merefleksikan dan menggambarkan bagaimana peristiwa itu dimaknai di mata masyarakat umum /kehidupan sehari-hari Iran serta latar belakang sejarah, trauma, nasionalisme dan konsep pertahanannya.
Lebih lanjut, artikel ini juga ditulis dalam kaitannya dengan Hari Tentara Indonesia ke-75 yang diperingati dan diperingati oleh masyarakat Indonesia setiap tanggal 5 Oktober. Penulis juga mencoba mengidentifikasi bagaimana idealnya sentimen/hikmah pelajaran dapat dioptimalkan sebaik-baiknya untuk pembangunan setiap bangsa di muka bumi. Dalam hal ini, pertahanan, nasionalisme, dan pembangunan merupakan kata kunci penting.
Pekan Pertahanan Suci mengacu pada peringatan Perang Iran-Irak yang berkecamuk selama delapan tahun (1980-1988). Konflik dimulai dengan deklarasi perang resmi Irak pada 22 September 1980, diikuti dengan pergerakan pasukannya ke wilayah Iran, dan berakhir pada 20 Agustus 1988, ketika Iran menerima gencatan senjata yang ditengahi PBB.
Selama perang, setidaknya setengah juta dan mungkin dua kali lipat pasukan terbunuh di kedua pihak. Setidaknya setengah juta orang menderita cacat permanen. Perang ini juga menyebabkan kerugian/kerusakan finansial lebih dari 400 miliar Dolar AS, dengan kerugian terbanyak pada fasilitas minyak dan perkotaan. Angka kerugian dan kerusakan ini tentu meninggalkan trauma, rasa pengorbanan, tapi memunculkan kebanggaan dan kegembiraan pada saat yang sama. Bersama dengan pelajaran yang dapat dipetik bahkan hingga saat ini.
Istilah ‘Pertahanan Suci’ memiliki arti dan interpretasi tersendiri. Konsep ‘pertahanan’ secara kontekstual mengacu pada tindakan pertahanan terhadap invasi pasukan asing ke wilayah Iran seperti yang disebutkan di atas. Secara historis, invasi Irak ke wilayah Iran, sejak tahap awal, telah menghadapi perlawanan yang kuat dan militan dari Iran yang masih bersemangat tinggi setelah berdirinya Republik Islam yang saat itu baru berusia satu tahun.
Pertimbangan postur politik/keamanan regional sebelum atau selama konflik pada saat itu, konsep ‘Pertahanan’ juga dapat berfungsi sebagai simbol perlawanan dan ketekunan yang unik dari orang-orang terhadap invasi/konspirasi, sebagai pengalaman berharga dari periode itu hingga mampu mengatasi kesulitan dan permasalahan yang dihadapi bangsa di masa depan dalam berbagai bidang.
Saat ditanya tentang tindakan pertahanan, banyak pemuda Iran menegaskan tekad mereka dan mengartikannya sebagai siap untuk ‘mengangkat senjata’ melawan musuh yang menyerang. Dalam sebuah catatan sejarah, Kapten Namaki dari Pangkalan Udara Taktis Keenam Bushehr, beberapa jam setelah serangan musuh pertama selama perang 1980-1988, menulis: “Ketika perang dimulai, kita semua menjadi bersatu dalam mempertahankan tanah air kita.” Sentimen ini mencerminkan nasionalisme murni yang diyakini masyarakat Iran.
Sejarah juga menjadi ‘dorongan positif’ pada pembangunan nasional. Pelajaran terbaik datang dari pengalaman pahit dan menyakitkan yang pernah dialami. Dan untuk mempertahankannya, bagi masyarakat Iran, perlu diperingati terus menerus seperti yang dilakukan Pekan Pertahanan Suci hingga hari ini. Sekarang Iran menghadapi sejumlah tantangan, terutama termasuk pandemi COVID-19, perlu diingatkan lebih dari sebelumnya untuk melanjutkan pembangunan lebih lanjut di semua aspek.
Indonesia juga menghargai masa lalu. Bahasa Indonesia memiliki pepatah “Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” dan secara kebetulan, dalam beberapa hari mendatang (5 Oktober 2020), bangsa Indonesia akan merayakan dan memperingati Hari Tentara Nasional ke-75.
Sebagai kesimpulan, Pekan Pertahanan Suci Iran, dalam segala hal, telah secara nyata menegaskan kembali dan menekankan kepada orang Iran bahwa pengalaman pahit dan menyakitkan terbukti jadi motivasi untuk perkembangan saat ini dan masa depan. Singkatnya, sejarah telah mengajar dengan baik di masa lalu. Catatan sejarah masa lalu yang dikelola dengan baik, niscaya menjadi dorongan dan motivasi bagi generasi mendatang.