Alkisah, ada seorang laki-laki yang dalam hidupnya tidak mempunyai amal shalih sama sekali. Bahkan sampai ajal menjemputnya, ia tetap tidak mempunyai amal shalih sekalipun. Laki-laki tersebut selama hidupnya berprofesi sebagai saudagar. Dan dalam kesehariannya, ia sering memaafkan orang-orang yang mempunyai urusan dengannya dalam hal perdagangan. Ia juga sering memberi kelonggaran kepada orang yang hutang, tapi kesulitan untuk membayarnya. Tetapi bagi yang mampu, ia berikan waktu sesuai perjanjian.
Hingga suatu ketika, Laki-laki yang berasal dari umat sebelum Islam tersebut didatangi oleh malaikat maut yang bertugas mencabut nyawanya. Sang malaikat kemudian bertanya kepadanya, tentang amal kebaikan apa yang dilakukannya saat di dunia. Ketika ditanya seperti itu, laki-laki tersebut tidak bisa menjawab dan menemukan amal kebaikan yang ada untuk dirinya. Lelaki tersebut kemudian menjawab kepada sang malaikat, bahwasanya tidak ada satupun amal shalih yang ia lakukan.
Malaikat kemudian memintanya untuk meneliti ulang. Namun laki-laki tersebut tetap tidak menemukan amal kebaikan, kecuali hanya perniagaan dari profesi yang digelutinya selama masih hidup. Ia kemudian bercerita, bahwasanya ia sering memerintahkan para pegawainya supaya menangguhkan orang yang mampu dan memaafkan orang-orang yang tidak mampu dan berada dalam kesulitan ketika mempunyai urusan perihal jual beli dengannya. Kepada para pegawainya, ia katakan semoga Allah memaafkan kita. Dan ketika berada di akhirat, ternyata Allah Swt memenuhi harapannya dan memaafkannya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari Kitabul Buyu’, bab orang yang menangguhkan orang yang mampu. Yaitu hadis dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda; “Ada seorang saudagar yang memberi hutang kepada orang-orang. Jika dia melihat seseorang dalam kesulitan, dia berkata kepada para pegawainya, ‘Maafkanlah dia, mudah-mudahan Allah memaafkan kita.’ Maka Allah memaafkannya.”
Dalam hadis yang lain, yaitu dari Hudzaifah, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda; “Ada seorang laki-laki dari umat sebelum kalian yang didatangi oleh malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Dia ditanya, ‘adakah kebaikan yang kamu lakukan?’ dia menjawab, ‘aku tidak tahu. Malaikat kemudian mengatakan kepadanya, ‘lihatlah.’ Dia menjawab, ‘aku tidak mengerti apapun.’ Hanya saja, selama hidup di dunia ini aku berjual beli dengan orang-orang dan membalas mereka. Lalu aku memberi kesempatan kepada orang yang mampu dan memaafkan orang yang kesulitan’.”
Muamalah seperti yang dicontohkan oleh laki-laki tersebut, adalah bentuk muamalah yang diharapkan oleh Islam. Ia didasarkan kepada kemudahan dalam jual-beli dan kelapangan bermuamalah. Ia menunggu orang-orang yang mampu, dan memaafkan orang-orang yang tidak mampu.
Ikhlas, lapang dada, pemaaf dan berbagai sifat terpuji lainnya adalah ajaran yang selama ini diajarkan oleh Islam. Baik dalam bermuamalah dengan Tuhan, maupun dengan ciptaan-Nya. Mereka yang ikhlas dan adil dalam bermuamalah, akan mendapat perlindungan dan maaf dari Allah Swt kelak di akhirat. Hal tersebut karena luasnya rahmat Allah Swt. Sebagaimana yang terjadi pada laki-laki yang memaafkan mereka yang kesulitan dalam membayar dagangan. Karena setiap kesempurnaan tanpa kekurangan yang ditetapkan untuk makhluk, maka Allah lebih berhak.’ Di antaranya adalah memaafkan orang-orang dalam bermuamalah.
Di sisi lain, Allah juga memberitahu kepada kita semua. Bahwa ketika kematian mendatangi seorang hamba dan ajalnya telah tiba, maka Malaikat mendatanginya. Jika dia adalah orang yang beriman, maka Malaikat memberinya berita gembira. Jika dia adalah orang kafir, maka Malaikat bertanya kepadanya, mencelanya, menyiksanya dan menyampaikan berita gembira Neraka. Oleh karena itu, perbanyaklah amal kebaikan kepada siapa saja dan tebalkanlah iman dan takwa.
Semoga Allah merahmati hamba yang berlapang dada jika menjual, berlapang dada jika membeli, berlapang dada jika membayar, dan berlapang dada jika menuntut. [rf]