Resensi Buku: Melacak Genealogi dan Ajaran Salafi

Resensi Buku: Melacak Genealogi dan Ajaran Salafi

Resensi Buku: Melacak Genealogi dan Ajaran Salafi
Rekomendasi eksternal dari LD PBNU agar pemerintah melarang penyebaran kelompok Wahabi di Indonesia banyak menuai kritik.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa buku Teologi Muslim Puritan ini dikasji, pertama, buku yang berawal dari disertasi yang diajukan pada program doktoral Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016) ini akan mengantarkan kita menilik perkembangan ideologi dan gerakan Salafi. Mulai dari era Imam Ahmad bin Hanbal (241 H), Imam Ibnu al-Jauzi (597 H), Imam Ibnu Qudamah (620 H), Syaikh Ibnu Taimiyah (728 H), Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyah (751 H), hingga Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab (1115-1206 H). Tilikan ini panting untuk melihat kontiunitas dan diskontiunitas genealogi ajaran Salafi.

Kedua, disertasi setebal 318 halaman ini membantu kita untuk mengenal lebih dekat manhaj dan ajaran teologi Salafi. Dinamika pembakuan serta ajaran-ajaran inti. Di antaranya adalah tauhid uluhiyah dan rububiyah, tauhid mukmin dan musyrik, tauhid al-asma wa al-sifat, serta contoh aplikasi intepretasinya terhadap teks, semisal pada kata istiwa, hadd, jihhat al-uluw, dan nuzul. Dari pemaparan ini, kita jadi mafhum titik perbedaan metodologi dan ajaran Salafi dengan madzhab Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi, dua madzhab teologi yang dipegangi mayoritas masyarakat muslim Indonesia.

Ketiga, disertasi yang telah naik cetak tiga kali oleh Maktabah Darus-Sunnah Ciputat ini juga memberikan tilikan sosiologis-politis yang mengitari dinamika perkembangan dan penyebaran ajaran Salafi. Gerakan yang juga disebut dengan wahabiyah ini, dalam beberapa dekade terakhir, semakin menguat di Indonesia. Bahkan tidak jarang, gesekan pemikiran dan dakwahnya berseberangan dengan dakwah NU dan Muhammadiyah.

Satu hal yang mempengaruhinya adalah dukungan pemerintah Arab Saudi, baik berupa bantuan dana ataupun ragam kebijakan. Salah satunya adalah beasiswa dan pendirian LIPIA Jakarta, pada tahun 1980. Awalnya, lembaga ini hanya menawarkan pengajaran bahasa Arab. Dalam perjalanannya, lembaga ini membuka perkuliahan setingkat perguruan tinggi. Di antara kajian wajibnya adalah karya dan ajaran Syaikh Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad Ibn Abdul al-Wahhab.

Kita berharap, dengan mendiskusikan buku ini, kita dapat mengenal lebih detail genealogi dan ajaran Salafi. Dengan pemahaman ini, semoga kita dewasa menyikapinya. Wajar merespon dan menanggapinya.