Satu hal yang paling layak diratapi menjadi manusia adalah kebodohan. Kebodohan. Kebodohan merupakan sumber dari segala bentuk malapetaka hidup. Atas dasar itu, Al-qur’an turun dengan ayat yang maha-dahsyat, ayat yang mengajak manusia untuk keluar dari kubangan kebodohan. “iqra’..!! bismi rabbikalladzi kholaq”, bacalah..!! dengan menyebut nama Rabb-mu yang menciptakan. Iqra’ atau membaca adalah kata pertama yang diwahyukan pada Muhammad di Gua Hira’.
Jibril berkata pada Muhammad: “iqra’…” (bacalah…!). (dengan gemetar) Muhammad menjawab: “la aqroun..” (aku tak bisa membaca). Dialog itu terjadi sampai tiga kali dan Muhammad menjawab dengan cara yyang sama. Setelah itu, turunlah Surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
Uniknya, di ayat kedua dijelaskan bahwa membaca manusia adalah hal pertama yang harus dilakukan. Ayat kedua al-‘alaq bertutur: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. Artinya, membaca manusia yang berasal dari segumpal darah merupakan hal pertama yang harus dibaca. Manusia adalah focus sekaligus locus dari penciptaan. Dalam bahasa orang Jawa, manusia adalah paku buwono, porosnya semesta.
Membaca manusia secara otomatis juga membaca semesta dengan segala isinya. Mengenal manusia secara otomatis juga mengenal Tuhan, karena di dalam diri manusia terdapat percikan “energi ketuhanan”. Manusia adalah mikro kosmos/buana alit yang menjadi representasi dari makro kosmos/buana agung. Manusia adalah “wakil Tuhan” atau juga “citra Tuhan”.
Dan, satu hal yang harus digarisbawahi bahwa membaca harus dilandasi dengan menyebut nama Tuhan yang maha pemurah. Artinya, pembaca yang baik adalah manusia yang di dalam hatinya senantiasa bertabur sifat pemurah bukan sifat pemarah apalagi pembenci. Makna lebih jauh, orang pandai hatinya pasti pemurah dalam segala hal dan orang bodoh hatinya pasti pemarah, mudah mengumpat dan bertindak kasar.
Haris El Mahdi
FB @Haris el mahdi