Panjat Tebing dan Spiritualitas Para Nabi

Panjat Tebing dan Spiritualitas Para Nabi

Panjat Tebing dan Spiritualitas Para Nabi
Ilustrasi panjat tebing Sumber: FPTI

 

Panjat tebing mungkin tidak se-populer sepak bola, tapi siapa sangka cabang olahraga satu ini tidak kalah dalam mengharumkan nama negara kita Indonesia tercinta. Dalam beberapa tahun terakhir saja atlet panjat tebing kita, dengan membanggakan, telah berhasil memborong dan menyabet berbagai medali kejuaraan panjat tebing dunia.

Aries Susanti Rahayu misalnya, pada tahun 2018 menjadi buah bibir panjat tebing dunia karena berhasil menorehkan prestasi meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Panjat Tebing di Chongqing, Cina. Di tahun yang sama pada pesta olahraga Asian Games 2018, Aries kembali menyabet medali emas di nomor speed setelah mengalahkan rekan di Pelatnas Panjat Tebing, Puji Lestari.

Aries bahkan menjadi sorotan saat memecahkan rekor dunia kecepatan panjat tebing pada 2019, dimana dia hanya membutuhkan waktu 6,995 detik untuk menaklukkan dinding setinggi 15 meter, menjadikannya sebagai perempuan pertama yang mampu mencatatkan rekor waktu di bawah tujuh detik untuk nomor kecepatan Kejuaraan Dunia Panjat Tebing. Segudang prestasi ini kian menegaskan julukan Aries sebagai ”Spiderwoman”.

Selain Aries tentu masih ada sederet atlet berprestasi dari olahraga panjat tebing yang sedang naik daun ini. Sebut saja Alfian Muhammad Fajri dan duo atlet Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin, yang berada di dua posisi teratas ranking dunia. Kiromal awalnya sukses memecahkan rekor baru saat mencatatkan 5.00 detik di seri Kejuaraan Dunia di Chamonix, Prancis. Namun, kemudian rekor itu kembali terpecahkan oleh Veddriq Leonardo dengan catatan 4,9 detik di International Sport Climbing (IFSC) 2023 di Seoul, Korea Selatan. Keduanya sampai saat ini memegang 8 besar rekor dunia Men’s Speed.

Karena rentetan prestasi yang berturut-turut dari tahun ke tahun, Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) RI telah memasukkan panjat tebing sebagai cabang olahraga unggulan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dan diharapkan bisa menyumbang emas untuk kontingen Indonesia di Olimpiade 2024 Paris, sebagaimana ditargetkan oleh Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Yenny Wahid putri Presiden Abdurrahman Wahid.

Spiritualitas; Sisi Lain Panjat Tebing

Selama ini olahraga yang diasosiasikan oleh sebagian masyarakat sebagai sunnah Nabi mungkin hanya berenang, memanah dan berkuda. Pemahaman ini timbul karena pemahaman verbal-literalistik atas sunnah Nabi, padahal secara umum Nabi Muhammad SAW telah menegaskan bahwa menjaga kesehatan fisik dengan cara apa pun adalah bagian dari ibadah, karena itu akan berpengaruh pada kesehatan akal dan logika.

Dalam hal ini apalagi olaharaga panjat tebing, yang dalam bahasa Arab disebut tasaluq al-jibal (pendakian gunung/bukit). Tercatat gunung merupakan salah satu makhluk yang istimewa, Alquran menyebut kata gunung lebih dari 40 kali. Fungsinya begitu vital dalam struktur alam semesta, QS al-Nahl ayat 14 menyebut gunung sebagai anugerah Tuhan bagi manusia dan binatang di alam raya ini.

Alquran mengetengahkan beberapa fragmen kisah di mana mendaki gunung merupakan bagian dari aktivitas yang dilakukan oleh hamper semua nabi. Sebut saja misalnya bapak kita Nabi Adam, yang mengawali kehidupannya ke bumi di Gunung Arafah, Nabi Nuh dengan Gunung Judiy dan Ararat.

Nabi Ibrahim mendaki satu gunung ke gunung yang lain dalam proses pemantapan keimanannya tentang penciptaan, Nabi Daud ditundukkan untuknya gunung-gunung, Nabi Musa lekat dengan Gunung Tursina tempatnya menerima wahyu, Nabi Isa/Yesus menyerukan risalahnya kepada manusia dari atas gunung, demikian seterusnya masih terdapat banyak irisan sejarah kehidupan para nabi dan aktivitasnya mendaki pegunungan.

Demikian juga dengan Nabi kita Muhammad SAW yang dalam kehidupannya juga tidak lepas dari gunung-gunung bersejarah yang mengitari perjalanan hidupnya. Nabi Muhammad dikenal sebagai orang yang gemar mendaki gunung yang merupakan suatu proses tak terpisahkan dari aktivitas kontemplasi dan perenungannya hingga akhirnya menerima wahyu di gunung/jabal Nur.

Demikian pula proses hijrahnya tidak lepas dari pendakian di gunung Tsur. Nabi juga mencintai suatu gunung yang oleh beliau disebut sebagai salah satu gunung yang akan ada di surga, yaitu Uhud. Nabi bahkan menyampaikan amanat terakhirnya sebelum wafat di atas sebuah gunung yang ada di Arafah.

Sedemikian pentingnya aktivitas mendaki gunung dalam perjalanan intelektual dan spiritual para Nabi. Terbukti tidak hanya membawa manfaat secara jasmani namun juga ruhani. Terkait hal ini seorang intelektual Mesir, Ahmed Shawki Ibrahim sampai menulis sebuah buku berjudul “al-Jibal wa Risalat al-Anbiya”, yang berarti pegunungan dan risalah para nabi.

Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa olahraga apa pun sebagai upaya menjaga kesehatan fisik merupakan sesuatu yang dianjurkan dalam Islam dan untuk olahraga panjat tebing, mendaki bukit maupun pegunungan, ada nilai tersendiri karena selain bermanfaat secara zahir untuk memperkuat daya pikir, mengatur emosi, dan memperkuat kesabaran, juga merupakan salah satu media membangun spiritualitas melalui napak tilas sunnah para nabi. Jadi, kemana rencana kalian akan mendaki? Hehe.

*M. Najih Arromadloni, Pengurus BPET MUI Pusat dan Wasekjen Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI)