Pemimpin politik Myanmar sekaligus peraih Nobel Perdamaian 1991 Aung San Suu Kyi, diketahui marah saat mengetahui bahwa persenter BBC, Mishal Husain, yang mewawancarainya dalam acara BBC Today medio Oktober 2013 lalu adalah seorang muslim. “Tidak ada yang memberi tahu saya bahwa saya akan diwawancarai seorang muslim,” katanya tanpa bisa menyembunyikan kekesalannya.
Sikap Suu Kyi yang tak menunjukkan respek itu diungkapkan oleh jurnalis The Independent, Peter Popham, dalam buku biografi Suu Kyi yang berjudul The Lady and the Generals. Suu Kyi, anak seorang jendral Myanmar yang terusir dari negerinya karena kudeta militer selama bertahun-tahun dikenal sebagai pahlawan demokrasi di negerinya. Selama lebih 20 tahun, dari 1989 hingga 2010 ia mendekam sebagai tahanan rumah rezim militer Myanmar. Berbagai penghargaan dari dunia internasional telah dianugerahkan kepadanya, termasuk Nobel Perdamaian.
Saat ini Suu Kyi adalah penguasa bayangan Myanmar, karena meski ia tidak bisa maju sebagai presiden karena terganjal peraturan di Myanmar, namun partainya secara telak memenangi pemilu yang dilangsungkan 8 Nopember 2015 lalu. Namun dengan kekuasaan yang terbentang di depannya dan kekuasaan yang dimilikinya, Suu Kyi dikeluhkan banyak kalangan karena tidak cukup vokal atas pembantaian muslim Rohingya di Myanmar.
Di sejumlah kesempatan ia menolak istilah pembantaian etnis atas muslim Rohingnya dan menyatakan bahwa kekerasan terjadi di dua sisi, yaitu sisi umat Budha sekaligus. Hal ini disinyalir karena Suu Kyi khawatir kehilangan dukungan politik dalam kontestasi politik yang sedang terjadi di Myanmar. Maka ketika presenter BBC yang keturunan Inggris-Pakistan, Mishal Husain, kembali menanyainya terkait kasus Rohingya, Suu Kyi juga menolak untuk mengecam kekerasan tersebut.
Namun sikap kesal Suu Kyi atas Mishal Husain tak lantas menunjukkan bahwa ia mengidap kebencian terhadap kaum muslim sebagaimana sebagian Budha di negaranya. Dalam sejarah perjuangannya ia dikenal dekat dan punya hubungan baik dengan orang-orang muslim. Kekasih pertama Suu Kyi, sebagaimana ditulis The Telegraph, adalah seorang muslim, dan salah seorang yang membujuknya untuk memasuki panggung politik Myanmar pada 1988, Maung Taw Ka, adalah seorang intelektual muslim, yang juga penyair. (SA)