Ribuan warga suku Rohingya di Myanmar mengungsi setelah terjadi rangkaian kekerasan yang melanda wilayah Rakhine Myanmar. Mereka terjebak di perbatasan Bangladesh. Kekerasan terjadi setelah gerilyawan Rohingya menyerang pasukan keamanan di negara bagian Rakhine pada Jumat lalu. Kemudian disusul bentrokan dengan pihak militer Myanmar.
Para pejabat PBB mengatakan hingga Rabu (30/08), jumlah warga Rohingya yang telah melewati perbatasan dan masuk ke Bangladesh lebih dari 18.000. “Jika kami kembali ke desa kami (di Rakhine), kami pasti akan dibunuh oleh tentara. Jangan paksa kami kembali ke sana,” kata Begum dengan berurai air mata sepeti yang dilansir kepada BBC..
Serangan membabi buta dari pihak militer Myanmar menjadikan sedikitnya 109 orang tewas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),mengutuk serangan tersebut dan menekan Myanmar agar melindungi kehidupan warga tanpa pembedaan dan mengimbau Bangladesh mengizinkan yang melarikan diri dari serangan balasan militer itu masuk ke wilayahnya. Bahkan PBB mengatakan bahwa pasukan keamanan Myanmar kemungkinan telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam serangan tersebut.
“Keadaannya sangat mengerikan. Rumah dibakar, semua warga lari dari rumah mereka, orangtua dan anak-anaknya terpisah, beberapa hilang, terdapat pula yang tewas,” kata Abdullah (25), warga Rohingya dari desa Mee Chaung Zay, wilayah Buthidaung seperti dilansir kantor berita Antara.
Penanganan terhadap jutaan muslim Rohingya menjadi sebuah tantangan terbesar bagi Aung San Suu Kyi. Pemenang hadiah Nobel Perdamaian seperti tutup mata terhadap kasus kemanusiaan.Saat ini warga Rohingya yang status kewarganegaraannya ditolak pemerintah Myanmar dan dianggap pengungsi gelap dari Bangladesh. Padahal mereka telah mendiami tempat tinggalnya selama berabad-abad. Mereka terpinggirkan dan terkadang mengalami kekerasan.
Sementara itu pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berencana akan berkunjung ke Myanmar. Menlu akan membahas krisis etnis Rohingya di Rakhine State. “Insya Allah kita akan berkunjung ke Myanmar, kita sedang atur semuanya mudah-mudahan dapat kita segera lakukan,” kata Retno usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Menlu menambahkan bahwa dirinya telah berkomunikasi dengan tiga orang terkait masalah Rohingya ini yaitu National Security Advisernya Suu Kyi, Menlu Bangladesh dan mantan Sekjen PBB Kofi annan. “Karena kalau dilihat dari temporary report yang dikeluarkan pada Agustus yang lalu, apa yang dilakukan Indonesia fit very well dengan rekomendasi yang dikeluarkan komisinya Koffi Anan,” ungkapnya.
Bagi Retno semua kekerasan harus dihentikan karena yang menjadi korban adalah warga sipil. “Jadi aspek humanitarian perlu terus dikemukakan, diutamakan,” ungkapnya. Indonesia akan tetap membantu dari aspek kemanusiaan, dimana Indonesia telah mendirikan enam sekolah di Rakhine State, juga membantu dari segi bahan makanan serta obat-obatan yang akan segera dikirim. “Kita sekarang akan mulai membangun rumah sakit yang cukup besar di Rakhine State. Tadi saya sudah sampaikan kepada presiden. Jadi sekali lagi kita melakukan pendekatannya secara comprehensive sekali, tentunya masalah kemanusiaan menjadi prioritas agar tidak jatuh korban tidak berdosa lebih banyak lagi,” harap Menlu. (dari berbagai sumber)