Zinnirah ar-Rumiyah, itulah namanya. Sosoknya mungkin tak semasyhur Bilal bin Rabbah, namun ia juga merupakan budak perempuan yang masuk Islam di masa awal dakwah Nabi Muhammad SAW.
Dalam al-Isti’ab fii Ma’rifatil Ashab disebutkan, Zinnirah merupakan budak perempuan milik Bani Abdid Daar. Begitu mengetahui ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, perempuan berkebangsaan Romawi ini langsung mantap mengucap syahadat.
Meskipun telah menyembunyikan keislamannya, lambat laun sang majikan mengetahui bahwa budaknya ini telah meninggalkan agama nenek moyang. Maka sang budak perempuan pun mendapatkan siksaan bertubi-tubi dari kaum musyrikin Makkah, termasuk dari Abu Jahal, dedengkot Quraisy yang begitu memusuhi Islam.
Kedudukan Zinnirah yang hanya seorang budak membuatnya dengan mudah menjadi sasaran empuk para pembenci Islam. Saking seringnya disiksa, perempuan berkebangsaan Romawi ini bahkan menjadi buta.
Bukannya berhenti menganiaya, kaum Musyrikin Makkah justru mengolok-ngoloknya, “Yang menghilangkan penglihatannya pasti Latta dan Uzza,” ujar mereka.
Namun Zinnirah tetap teguh pada keimanannya seraya menjawab “Tidak, demi Allah, keduanya (Latta dan Uzza) tidak akan bisa melakukannya! Ini semua (ujian) dari Allah. Jika Allah menghendaki, Dia akan menyembuhkannya!”
Benar saja, keesokan harinya, Allah SWT dengan kuasa-Nya mengembalikan penglihatan Zinnirah seperti sediakala. Melihat kejadian yang sungguh ajaib tersebut, kaum Kafir Quraisy bukannya beriman, mereka justru berkilah, “Ah, ini pasti sihir Muhammad.” Berbagai penolakan dan alasan mereka ungkapkan demi membenarkan perbuatan mereka.
Allah SWT akhirnya menolong Zinnirah melalui wasilah Abu Bakar As-Shiddiq. Sahabat kepercayaan Nabi ini membeli Zinnirah dan membebaskannya, lantaran tak kuasa menyaksikan perlakuan kaum kafir Quraisy kepada budak perempuan ini.
Jika sebelumnya Zinnirah disiksa dan diintimidasi oleh para tuannya, kini Zinnirah bisa bebas dari predikat seorang budak perempuan. Kedermawanan Abu Bakar melepaskan belenggu yang menjerat Zinnirah selama ini. Zinnirah tak lagi menjadi kaum nomor dua, ia kini setara dengan para perempuan yang lain.
Demikianlah sosok Zinnirah, perempuan mulia yang begitu teguh pada keimanannya. Ancaman dan siksaan Kafir Quraisy tak sedikit pun mampu menggoyahkan prinsipnya. (AN)