Perjalanan menuju makam Sunan Tulub tak seperti ziarah pada umumnya. Jika ziarah Wali Songo, cukup ditempuh dengan rute perjalanan darat, seperti mobil atau bus, ziarah ke makam Sunan Tulub tidak demikian. Untuk sampai ke sana, membutuhkan perjalanan yang lumayan panjang. Dari kota Batam, kita perlu menuju pelabuhan feri Sekupang. Pelabuhan ini biasanya digunakan oleh para penumpang yang ingin menyeberang dari Batam ke Singapura.
Namun, untuk menuju pulau Tulub, kapal yang digunakan berbeda. Biasanya dengan menggunakan kapal sampan kecil, berisi sekitar 10-15 orang. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa satu kapal kisaran 400-450 ribu rupiah, tergantung tawar-menawar antara penumpang dan pemilik kapal. Karena kapal ini tidak akan jalan kecuali penuh, maka disarankan rombongan. Jika berangkat rombongan, maka biaya sewa kapal tersebut bisa cukup terjangkau, alias 40 ribu/orang.
Selama perjalanan menggunakan kapal kecil, kami melewati beberapa pulau hingga akhirnya sampai di pulay Tulub. Makam Sunan Tulub ini tidak seperti makam biasanya, berada di pulau kecil tengah laut, di ujung perbatasan Indonesia. Sehingga saat menempuh perjalanan ke sana, kita akan disuguhi pemandangan gedung-gedung pencakar langit Singapura. Hotel Sand Marina Bay dengan tower kembarnya serta penghubung ala perahu di atasnya lumayan jelas terlihat, begitu pula tower-tower lain di sekitarnya.
Selama perjalanan, siapkan kameramu, karena banyak pemandangan menarik yang sayang untuk dilewatkan. Perjalanan dari pelabuhan Sekupang ke Pulau Tulub membutuhkan waktu 30-45 menit. Kami beruntung, saat sampai di dermaga pulau Tulub, air masih belum pasang, sehingga kami bisa turun di dermaga. Jika pasang, air bisa sampai di serambi masjid.
Setali tiga makam
Di pulau Tulub ada tiga makam auliya dan solihin yang bisa diziarahi. Pertama, makam Syekh Syarif Ainun Naim, yang merupakan saudara Sunan Giri. Makamnya berada di atas bukit pulau Tulub kecil. Di Google maps dinamai sebagai Pulau Senang. Kita perlu menapaki puluhan tangga untuk sampai di sana. Makamnya terletak di bangunan mirip musholla. Menapaki tangga memang menguras banyak tenaga, namun saat sudah sampai di depan bangunan makam ini, rasanya capek dan pegal terbayar. Pasalnya, kita dapat merasakan indahnya berada di tengah laut.
Makam kedua, adalah makam Syekh Maulana Nuh al-Maghribi yang terletak di samping masjid, tepatnya di samping kiri masjid. Pada nisannya tertulis tahun wafatnya: 437 H. Konon, makam ini ditemukan oleh Habib Luthfi Pekalongan. Saat itu, murid Habib Luthfi bernama K.H Nur Hamim Adlan diminta untuk mencari makam tersebut berdasarkan petunjuk sang habib. Walaupun secara tahun wafat lebih tua, namun makam ini ditemukan belakangan, setelah makam Syekh Syarif Ainun Naim. Sedangkan makam ketiga adalah makam Habib Hasan Al Musawa, terletak di pulau Tulub besar.
Pulau Tulub kecil yang terdapat dua makam di sana hanya dihuni satu keluarga: suami, istri dan satu anak. Sehari-hari nampaknya mereka yang mengelola makam ini. Saat saya berkunjung ke sana, saya hanya bertemu dengan mereka. Sebelumnya ada sekelompok peziarah juga dari kota Batam. Sama seperti saya dan rombongan, biasanya mereka pulang menjelang malam.
Sebelum berangkat ke pulau ini, usahakan bawa bekal sendiri, ya. Karena di pulau ini kamu tidak akan bertemu dengan penjual makanan, apalagi minimarket. Jika ada rejeki lebih, usahakan untuk memberi donasi atau sedekah pada keluarga yang tinggal di pulau kecil ini. (AN)