Anak muda adalah masa depan bangsa. Wajah Indonesia di masa depan bisa dilihat dari apa yang anak muda Indonesia saat ini kerjakan. Jika anak mudanya gandrung perdamaian dan fasih kampanye moderasi beragama, maka potret Indonesia masa depan adalah bangsa yang cinta damai dan saling menghormati.
Demikian salah satu simpulan acara Launching Buku “Wajah Damai Milenial Reformis” dan Kongkow Milenial Reformis yang diselenggarakan Mulia Raya Foundation pada 5 Desember 2021 di Warteg Bolodewe Solo. Acara ini dihadiri Prof. Dr. Hj. Siti Mudah Mulia, M.A. (Founder Mulia Raya Foundation), M. Zainal Anwar, M.S.I (Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Raden Mas Said Surakarta) dan Denok Marty Astuti, S.E. (Aktivis Lingkungan dan Ketua Komunitas Bank Sampah Kerja Nyata Solo Raya).
Pada pembukaan acara, Sari Asih Guritno sebagai Presiden Muslimah Milenial Reformis Solo mengatakan bahwa acara ini diikuti peserta lintas agama dan para pemuka agama. “Buku yang dilaunching saat ini adalah kumpulan dari cerita membangun perdamaian yang ditulis oleh para alumni program Pelatihan Muslimah Milenial Reformis yang diselenggarakan Mulia Raya Foundation,” kata Asih. Untuk meramaikan acara, kata Asih, peluncuran buku ini juga diramaikan dengan pertunjukan seni salah satunya adalah Tari Sufi dari mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta.
Pada sesi presentasi, Prof. Dr. Hj. Siti Mudah Mulia, M.A. mengatakan bahwa ada tiga pesan moral yang digaungkan milenial reformis.
“Pertama, pentingnya milenial reformis memiliki kesadaran spiritualitas, kemanusiaan dan kebangsaan. Kedua, milenial wajib menguasai literasi digital. Ketiga, milenial perlu membekali diri dengan sejumlah pengetahuan dan keterampilan agar mampu berkontribusi pada peradaban dunia,” ujarnya.
Menambahkan apa yang disampaikan Musdah Mulia, M. Zainal Anwar, mengatakan bahwa milenial di Solo raya memiliki peran dan kontribusi besar dalam membangun perdamaian dan menyemai hidup yang rukun.
“Solo ini barometer Indonesia. Wilayah Solo raya ini dalam beberapa tahun terakhir selalu saja ada isu yang berhubungan dengan praktik intoleransi dan radikalisme ekstrem, misalnya Bom Kartasura hingga isu perusakan makam. Karena itu, aksi nyata teman-teman milenial dalam merawat dan memupuk kehidupan yang damai sangat dibutuhkan,” kata Zainal, dosen UIN Raden Mas Said Surakarta yang aktif di PPM PIN.
Salah satu aksi nyata dalam menyemai hidup rukun dan damai bisa dilakukan dengan pendekatan lingkungan. Denok Marty Astuti bercerita bahwa kegiatan bersih lingkungan dan mengelola sampah bisa dijadikan sebagai pendekatan yang bagus, unik dan menarik dalam menjaga harmoni.
“Semua agama bicara tentang menjaga lingkungan hidup. Agama mengajarkan kita merawat bumi. Salah satu praktiknya bisa dilakukan dengan mengelola sampah. Saya sudah mempraktikkan hal ini di berbagai tempat ibadah dan mengajak pemuka agama untuk terus menerus menyampaikan isu menjaga lingkungan kepada umat,” katanya.
Di akhir acara, Musdah mengatakan bahwa ke depan, anak muda ini perlu membekali dan melek banyak hal. Musdah mengatakan bahwa anak muda saat ini wajib memiliki literasi agama, “perlu memahami agama secara utuh dan tidak sepotong-potong,” katanya sambil menambahkan bahwa aspek lain yang tidak boleh diabaikan adalah literasi digital, literasi lingkungan, dan literasi moderasi beragama.