Larangan bercadar di kampus berbeda dengan pelarangan berkaos oblong atau bersandal japit di kampus.
Larangan berkaos oblong dan bersandal japit lantaran faktor ketakpantasan. Etika. Larangan bercadar ternyata bukan karena faktor etika tapi faktor radikalisme dan fundamentalisme. Ideologi.
Menghubungkan cadar dengan ideologi bisa berbahaya. Sebagaimana celana cingkrang dan jidat hitam dikaitkan dengan radikalisme dan fundamentalisme serta menautkan mahasiswa bertato dengan Yakuza. Apakah semua yang berambut gimbal otomatis teler ganja atau Rastafarian?
Identifikasi ideologis berdasarkan kostum atau tanda fisikal tertentu adalah pandangan yang bisa menyesatkan. Apakah orang sarungan dan kuplukan pasti santri dan rajin sembahyang?
Yang lebih tepat adalah menilai perilaku dan ideologinya. Bukan kostum atau jenggot orangnya. Dulu Pol Pot menangkapi warga yang berkacamata lantaran berkacamata diidentifikasi sebagai anti-komunis atau tercemar pendidikan Barat.
Bercadar di kampus atau di manapun jika dilarang lantaran dianggap sebagai radikal atau fundamental maka tak ubahnya berseberangan dengan adagium “sekolahan” yang menyatakan bahwa “jangan menghakimi buku lantaran sampulnya.”
Mengideologisasi seseorang melalui kostumnya merupakan gejala “visualisme” atau persepsi tertentu yang timbul hanya lantaran fakta yang terlihat. Sesungguhnya ini bukan sikap yang menghargai kebenaran esensial.