Viral Adzan Hayya ‘Alal Jihad, Ustadz Ahong: Jihad di Masa Nabi Itu Ada, Tapi Saya Tidak Menemukan Dalil yang Membolehkan

Viral Adzan Hayya ‘Alal Jihad, Ustadz Ahong: Jihad di Masa Nabi Itu Ada, Tapi Saya Tidak Menemukan Dalil yang Membolehkan

“Walaupun jihad dari zaman Nabi, sahabat, dan tabiin itu udah ada, tapi saya tidak pernah menemukan riwayat bolehnya menambahkan hayya ‘alal jihad.” Tegas Ustadz Ahong.

Viral Adzan Hayya ‘Alal Jihad, Ustadz Ahong: Jihad di Masa Nabi Itu Ada, Tapi Saya Tidak  Menemukan Dalil yang Membolehkan
Ustadz Ahong

Viral di media sosial sekelompok orang menambah “hayya ‘alal jihad” dalam redaksi adzan. Hayya ‘alal jihad artinya marilah kita jihad. Video ini tentu membuat kaget banyak orang. Belum diketahui secara persis maksud dan tujuan adzan seperti ini. Bila tujuannya hendak menyatakan jihad dalam arti perang, tentu salah sasaran, karena Indonesia dalam kondisi aman dan damai.

“Walaupun jihad dari zaman Nabi, sahabat, dan tabi’in itu udah ada, tapi saya tidak menemukan dalil bolehnya menambahkan hayya ‘alal jihad.” Tegas Ustadz Ahong.

Pada masa awal-awal korona, kita juga pernah dengar seorang muazin dari Kuwait yang mengganti “hayya ‘alas sholah” dengan “shollu fi buyutikum atau shollu fi rihalikum” ‘shalat lah di rumah kalian masing-masing’. Nah, kalau yang ini, kata Ustadz Ahong, ada riwayat dan landasannya.

Dalilnya adalah “Apabila engkau telah selesai mengumandangkan asyhadu alla ilaha illallah asyhadu anna muhammadan rasulullah, maka janganlah mengucapkan hayya alas shalah (mari kita shalat), ucapkanlah shallu fi buyutikum (shalatlah kalian di rumahmu).”

Sebagian sahabat pada waktu itu seolah-olah mengingkarinya. Abdullah bin Abbas berkata: “Kamu heran dengan hal ini? Padahal ini sudah dikerjakan oleh seorang yang jauh lebih dari saya, yaitu Nabi SAW. Beliau SAW adalah kepastian, dan saya kurang suka menyuruh keluar rumah, sehingga kamu berjalan di tanah becek dan berlumpur.” (HR: Muslim).

“Jadi shollu fi rihalikum atau fi buyutikum menggantikan hayya ‘alas sholah itu ada landasannya,” Tegas Ustadz Ahong.

Konteks mengganti azan waktu itu memang karena ada banjir. Jadi umat Muslim tidak bisa shalat di masjid. Sementara terkait apakah boleh diganti atau ditambahkan dengan redaksi “Hayya ‘Alal Jihad”, Ustadz peraih MAARIF award ini mengatakan, “Setahu saya, dalam literatur Syiah itu ada penambahan redaksi adzan “hayya ‘ala khairil ‘amal” (marilah melakukan kebaikan), setelah “hayya ‘alal falah”. Ini konon pernah dilakukan oleh sahabat Ali. Kalau ulama Sunni tidak pernah menambahi redaksi azan, apalagi menggantinya.

“Dalam Syarah al-Muhadzab, terdapat pendapat dari kalangan ulama mazhab Syafii yang menyatakan bahwa makruh menambahkan redaksi adzan dengan hayya ‘ala khairil ‘amal. Walaupun demikian, masih ada ulama yang menoleransi penambahan hayya ‘ala khairil ‘amal,” Papar Ustadz Ahong.

Penambahan redaksi hayya ‘alal jihad dalam adzan jelas tidak ditemukan riwayatnya dalam al-Qur’an ataupun hadis Nabi. Selain itu, menambahkan kalimat itu dalam konteks Indonesia juga kurang tepat, karena kalau yang dimaksud jihad dalam arti perang, muslim Indonesia pada saat ini masih dalam situasi damai dan tentram.

*Jangan lupa Follow Akun Twitter Ustadz Ahong di sini