Menurut Ustadz Quraish Shihab dalam buku terbarunya Islam yang Saya Anut (2017), akhlak yang Islam ajarkan bersifat menyeluruh, menyangkut segala aspek kegiatan manusia, sesuai dengan salah satu ciri/karakteristik ajarannya, yakni asy-Syumul/menyeluruh; mencakup segala aspek kegiatan, bahkan kegiatan manusia yang berada di luar kontrolnya, seperti saat bersin ada akhlaknya. Bahkan ada akhlak yang hendaknya ditampilkan seorang muslim ketika mendengar orang lain bersin atau ketika mendengar guntur bergelegar.
Walhasil, tuntunan akhlak yang Islam ajarkan mengarah kepada Allah, manusia, bintang, tumbuh-tumbuhan, bahkan alam raya dan benda-benda tak bernyawa (Baca Ustadz Quraish Shihab: Islam adalah Akhlak Bagian 1): . Tentu saja semua aspek itu tidak dapat dihidangkan dalam buku ini, namun seperti kata orang bijak: “Apa yang tidak dapat diraih seluruhnya jangan ditinggalkan seluruhnya.”
Kita dapat berkata bahwa akhlak dan sopan santun yang Islam ajarkan mencakup sekian banyak nilai luhur yang hendaknya menghiasi kepribadian muslim. Nilai-nilai ini disebut secara jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw., di antaranya: ketulusan, rahmat dan kasih sayang, amanat, kejujuran, kesungguhan, lapang dada dan toleransi, sabar, rasa malu, harga diri/kemuliaan, menghargai waktu dan lain-lain.
Secara umum para pakar muslim menggarisbawahi 4 potensi utama manusia yang harus diaktualkan dengan baik dan benar. Dari keempatnya lahir aneka akhlak terpuji.
Pertama, Potensi Ilmu, yakni kemampuan membedakan antara yang baik/benar dengan yang buruk/salah. Bila ini diaktualkan dengan baik maka akan melahirkan hikmah yang mengantarkan pemiliknya meraih yang baik dan atau menampik yang buruk. Hikmah juga diartikan dengan amal ilmiah dan ilmu amaliah.
Kedua, Potensi amarah yang bila digunakan dengan baik dan benar akan melahirkan keberanian. Kalau berlebihan dinamai kecorobohan; sedang kalau kurang dari semestinya ia menjadi kelemahan dan yang bersangkutan dinamai pengecut.
Ketiga, Potensi Syahwat/Keinginan. Potensi ini jika digunakan sesuai petunjuk agama dan akal akan melahirkan sifat íffat, yaitu kesucian diri/jiwa. Sifat ini bila dimiliki akan menjadikan seseorang memenuhi syahwat nasfunya secara wajar sehingga tidak menjadi hyper sex dan melanggar rambu-rambu kewajaran. Tapi tidak juga under sex sehingga yang bersangkutan tidak dapat berfungsi secara baik dan benar untuk melanjutkan keturunan.
Empat, Potensi Adil. Ini menjadikan penyandangnya menghormati hak-hak pihak lain, baik materi maupun non-materi, yakni dengan memberikan pihak lain haknya tanpa menunda-nunda dan tanpa membeda-bedakan. Keadilan harus diterapkan walau atas keluarga, bahkan atas diri sendiri.
Keadilan akan mewujud dalam diri seseorang apabila dalam dirinya terhimpun hikmah, keberanian dan iffah. Demikian empat unsur pokok keutamaan yang selanjutnya melahirkan aneka akhlak/sifat terpuji.