Kasus Covid-19 makin membludak di beberapa wilayah Indonesia. Rumah sakit makin penuh, pasien menumpah, dan beberapa di antara mereka meninggal. Pemerintah pun mengeluarkan aturan pembatasan. Semua orang diharapkan untuk tidak keluar rumah sementara waktu. Kalaupun mau keluar, harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah disosialisasikan pemerintah.
Namun sayangnya, di tengah situasi sulit seperti ini, masih ada saja pihak yang tidak percaya Covid-19, mencurigai pemerintah, dan mengampanyekan anti vaksin. Parahnya, narasi konspirasi Covid-19 ini juga mempengaruhi pikiran sebagian pemuka agama.
Ustadz Ihsan Tanjung misalnya, dalam beberapa kesempatan, kerapkali mengumbar pernyataan bahwa Covid-19 bagian dari konspirasi global yang merugikan. Dia mengimajinasikan Covid-19 akan mengarah pada tatanan dunia baru yang sedang disiapkan para elit global. Arahnya nanti, kata Ustadz Ihsan Tanjung, one global government, sebuah pemerintah global tunggal yang bersifat totalitarian atau otoriter.
“Jadi, apa yang sekarang anda mulai alami ini, protokol, itu namanya latihan untuk tunduk pada pemerintahan tunggal dunia itu. Solusinya 3M, berlaku di mana-mana. Orang kena Covid dianggap tidak patuh pada 3 M,” Papar Ustadz Ihsan Tanjung.
Tidak sampai di situ, Ustadz Ihsan Tanjung juga mencurigai vaksin yang sedang digalakkan pemerintah saat ini. Ketika ditanya bagaimana menyikapi masalah vaksin, dia mengatakan vaksin akan menjadi kewajiban, kecuali bagi mereka yang bikin aturan. Memang orang yang bikin aturan, akan tampil atau memperlihatkan kalau mereka juga sudah divaksin, tapi bagi Ustadz Ihsan Tanjung, bisa jadi apa yang dilihat itu bukan realitas sebenarnya.
“Pelan tapi pasti, vaksin akan menjadi wajib. Kecuali mereka yang bikin aturan. Mereka tampil juga, tapi suntikannya punya kemampuan neko-neko. Nyuntik, tapi ngak nyuntik. Atau vitamin C isinya,” Ujar Ustadz Ihsan Tanjung.
Memang agak susah kalau semuanya berangkat dari kecurigaan. Seilmiah apapun penjelasan Covid-19 akan susah diterima bagi kaum pendukung teori konspirasi seperti Ustadz Ihsan Tanjung. Merespons fenomena pendakwah pro konspirasi Covid-19 ini, Ustadz Ahong mengatakan, beginilah kalau masalah dikomentari bukan ahlinya.
“Padahal, di antara akhlak yang diajarkan Rasulullah itu kita dianjurkan untuk tidak mengomentari semua masalah yang kita tidak kuasai,” Papar Ustadz Ahong.
Mestinya pendakwah harus menyampaikan kebenaran, bukan informasi yang tidak jelas sumbernya, agal tidak menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat, apalagi informasi yang berkaitan dengan kesehatan dan nyawa seseorang. Kalau banyak orang yang terpengaruh dengan narasi yang disampaikan Ustadz Ihsan Tanjung, siapa yang bertanggung jawab bila banyak korban kena Covid-19, lantaran tidak mau divaksin atau tidak patuh akan protokol kesehatan?