Selain dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam, Indonesia ternyata juga menyimpan khazanah aliran yang bermacam-macam. Ini bisa dimaklumi mengingat Indonesia sendiri mengakomodir sedikitnya lima agama (terbaru enam) yang dibakukan oleh negara. Artinya, tidak ada alternatif lain buat masyarakat selain tunduk dan memilih salah satu dari, sebutlah, lima agama yang ada.
Untuk itu, sewaktu kelompok ‘Hakekok Balakasuta’ di Pandeglang, Banten, baru-baru ini menjadi buah tangan para pewarta, itu sebetulnya bukan satu hal yang mengherankan. Sebelumnya, telah banyak aliran-aliran yang juga menjadi perbincangan publik karena dinilai menyimpang dari narasi besar lima agama yang ada, utamanya Islam.
Lebih-lebih, kelompok “Hakekok” ini mengandaikan alat kekuasaan yang cukup ampuh: menjadi kaya.
“Mereka melakukan ritual karena sebelumnya ada komitmen dengan yang namanya Imam Mahdi. Itu mbah mereka yang di sana, katanya mau memberikan kekayaan yang luar biasa dan kehidupan yang baik,” ungkap Ketua MUI Pandeglang KH Tubagus Hamdi Maani, dikutip detikcom.
Bagi masyarakat yang tidak punya akses rezeki dan pengetahuan yang cukup, hanyut dalam iming-iming untuk menjadi sejahtera secara kilat tentu saja merupakan pilihan rasional di tengah teror gaya hidup modernitas.
“Tapi setelah ditunggu-tunggu, enggak kunjung datang itu kekayaannya,” terang Ketua MUI Pandeglang lebih lanjut.
Seperti diketahui, kelompok ‘Hakekok Balakasuta’ menyita perhatian publik setelah menggelar aksi ritual bugil dengan cara mandi bareng di sebuah rawa, Karang Bolong, Pandeglang, Banten.
Diduga, aliran ini sudah lama berkiprah melakukan kegiatan ritualnya sejak tahun 1980. Masih menurut Ketua MUI Pandeglang, aktivitas kelompok ‘Hakekok’ ini mulai eksis setelah dibawa oleh Aryani atau Arya (52) pada 2018. Arya mendapat ajaran ini dari almarhum orang tuanya bernama Supri. Orang tua Arya diketahui mempelajari aliran ini bersama seseorang bernama Hambali pada 2005 di Jasinga, Bogor.
Oleh MUI setempat, ‘Hakekok Balakasuta’ dinilai telah menyimpang dari ajaran Islam. Pasalnya, tidak saja merubah syahadat, tetapi kelompok ‘Hakekok Balakasuta’ juga tidak mewajibkan shalat. Malahan, anggota kelompok ini ditengarai tidak wajib berzakat fitrah.
Meski begitu, pemimpin kelompok Hakekok tetap mewajibkan pengikutnya untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan seperti umumnya umat Islam. Sementara, ritual rutin kelompok ‘Hakekok’ selalu digelar setiap bulan di hari Minggu Wage. Kegiatan mereka selalu diisi dengan pembacaan kidung dari kitab berjudul ‘Kitab Domek’ yang dipimpin langsung oleh ‘Ama Sepuh’ atau pemimpin aliran ‘Hakekok’ yaitu Arya.