Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi, atau ia biasa juga disapa Tuan Guru Bajang. Pada 2008 lalu laki-laki yang lahir di Pancor, Selong, 31 Mei 1972 ini didapuk sebagai gubernur termuda di Indonesia dalam usianya yang ke 36 tahun. Ia seorang penghafal al-Quran 30 Juzz, memiliki garis keturunan dari tokoh yang sangat dihormati oleh umat Islam NTB, ia adalah cucu dari TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain.
Ia juga menyelesaikan jenjang SI, S2 hingga doktoralnya di Universitas al Azhar, Kairo. Elok sudah rekam jejak Gubernur NTB dua periode ini.
Belakangan ini Tuan Guru Bajang (TGB) menjadi sorotan, setelah ia melontarkan sebuah kalimat dukungan untuk Presiden Jokowi melanjutkan jenjang kepempinan sebagai Presiden Indonesia untuk dua periode mendatang
“Suatu transformasi enggak cukup hanya lima tahun, ketika periodisasi maksimal 10 tahun. Saya rasa sangat fair kita beri kesempatan Beliau untuk kembali melanjutkan,” ucap TGB menyatakan dukungannya pada Jokowi untuk dua periode memimpin Indonesia.
Sontak dukungan ini mengundang komentar dan reaksi banyak orang. TGB adalah kader Partai Demokrat, ia bahkan menjadi salah satu anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. Sedangkan Partai Demokrat sendiri saat ini bukan merupakan partai pendukung Jokowi.
Demokrat bahkan sedang membangun wacana membentuk poros ketiga dengan mengusung pasangan Jusuf Kalla dengan Agus Harimurti Yudhoyono untuk maju di Pilpres 2019 mendatang untuk menandingi koalisi Keummatan (Gerindra, PKS, PAN, dan PBB), serta koalisi pendukung petahana Presiden Joko Widodo.
Tinggal dinegeri muslim terbesar, dengan pemahaman beragama umatnya yang terkadang unik, dimana baik dan buruknya Ulama bukan dinilai dari kadar keilmuannya, tapi pada siapa dukungan politik yang diberikan. Maka dukungan TGB pada Jokowi bisa bermakna sinyal perang untuk mereka yang menolak Jokowi memimpin kembali. Banyak yang terkaget dengan dukungan TGB untuk Jokowi ini.
Lihat saja komentar miring terhadap TGB, yang lucunya komentar miring itu dulunya dilontarkan oleh barisa yang dulunya kerap memujinya. Misalnya Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang kemudian mencoret dari daftar calon presiden yang direkomendasikan oleh organisasi alumni aksi 212 ini, setelah menyatakan dukungan kepada Joko Widodo.
“Kami coret, karena buat kami itu harga mati untuk tidak mendukung Jokowi,” kata Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin sebagaimana di kutip dari CNN
Bahkan Novel juga menuding TGB yang juga Ketua DPD Demokrat Nusa Tenggara Barat ini telah tertular partai Demokrat yang alergi terhadap ajaran Islam yang Kafah,
“Kami sudah enggak kaget karena Demokrat alergi terhadap ajaran Islam yang kafah sehingga TGB tertular juga dgn penyakit kronis di tubuh Demokrat,” katanya.
Novel juga mengatakan TGB telah mengorbankan harga diri ulama demi jabatan dan mungkin materi. Bukan hanya itu, beragam cemooh dan cacian untuk TGB menghiasi lini media sosial. Sebutan ustad Cebonglah, Ustad yang penjilatlah. Lucu dan unik bukan?
Sekarang yang jadi pertanyaan, akankah Ustaz Abdul Somad (UAS) akan ikut berdiri dibarisan TGB untuk mendukung Jokowi dua Periode?
Bukan rahasia lagi jika Ustaz Abdul Somad (UAS) secara terang-terangan mendukung Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi sebagai calon presiden (capres) atau wakil presiden (wapres) Indonesia.Dalam berbagai kesempatan mengisi ceramahnya Ustaz Somad menyelipkan dukungannya terhadap Gubernur NTB itu untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2019.
“Kita mengenal orang ini sebagai Tuan Guru Bajang, doktor tafsir hadis dari Al Azhar Mesir, sekarang ketua Ikatan Alumni Al Azhar Indonesia. Hapal Alquran, 30 juz di kepala, ulama ahlus sunnah wal jamaah. Insya Allah jadi calon wakil presiden,” ujar UAS dalam rekaman videonya.
Itulah uniknya negeri ini, surga dan neraka, baik dan buruk ditentukan berdasarkan pandangan politik. Dalam situasi ini saya hanya mengatakan,”Welcome to the Jungle Tuan Guru, inilah uniknya dunia cebong yang membuat orang bisa memiliki beragam sebutan, auto pendosa, auto kafir dan beragam tetek bengek lainnya.
Siapkan penebal telingamu, Tuan Guru, biasakan untuk dinyinyiri dan dihinakan oleh mereka. Yakinlah Gusti Allah maha tahu, orang baik tentu akan mendukung orang baik.”