Toko Buku Ibnu an-Nadim: Sentra Peradaban Kota Baghdad Pada Masanya

Toko Buku Ibnu an-Nadim: Sentra Peradaban Kota Baghdad Pada Masanya

Sejarah peradaban kota Baghdad tidak bisa dilepaskan dari sebuah kios, yaitu toko buku Ibnu an-Nadim.

Toko Buku Ibnu an-Nadim: Sentra Peradaban Kota Baghdad Pada Masanya

Masyhur seantero jagat, Baghdad berkilau dengan kecemerlangan ilmu pengetahuan di permulaan dinasti Abbasiyah. Baitul Hikmah, salah satu perpustakaan yang disebut sebagai pusat perkembangan dialektika keilmuan. Begitu pula perpustakaan-perpustakaan lain baik umum maupun pribadi di berbagai wilayah yang turut serta dalam memberikan sumbangsih dalam merajut peradaban.

Selain perpustakaan, laboratorium untuk menyemai pengetahuan adalah madrasah, masjid, istana, maupun lembaga pendidikan lain. Sementara itu, satu tempat ini jarang sekali dibahas sebagai salah satu tempat penting: toko buku.

Toko buku milik Ibnu an-Nadim, salah satu toko buku bersejarah di Baghdad. Toko buku ini juga memiliki tempat tersendiri sebagai lokasi untuk berbagi pengetahuan. Toko buku Ibnu an-Nadim yang terkenal itu, konon terletak di lantai atas sebuah bangunan besar di mana para pembeli datang untuk memeriksa manuskrip, menikmati minuman, dan bertukar pikiran.

Ibnu an-Nadim bernama lengkap Abu al-Faraj Muhammad bin Ishaq bin Muhammad bin Ishaq al-Warraq al-Baghdadi an-Nadim (wafat pada 19 Sya’ban 385 H/17 September 995) adalah seorang ilmuwan muslim, ahli bibliografi, dan penjual buku.

Karyanya yang paling terkemuka adalah al-Fihrist (arti: katalog atau indeks), sebuah kitab yang memuat daftar buku-buku yang terdapat di tokonya yang jumlahnya mencapai ribuan entri. Setiap entrinya disertai dengan catatan kritis atau anotasi. Karya ini terbit pada tahun 987 M.

Ibn an-Nadim menyatakan bahwa al-Fihrist merupakan sebuah katalog yang mencantumkan buku-buku dari seluruh bangsa, baik Arab maupun non-Arab. Buku-buku tersebut terdiri dari berbagai cabang pengetahuan dan dapat berbentuk dalam bahasa Arab atau dalam bentuk naskah. Dalam katalog tersebut terdapat informasi mengenai penyusun dan tingkatan penulis serta silsilah setiap penulis tersebut.

Selain itu, terdapat juga tanggal kelahiran dan kematian mereka, serta tempat tinggal dan jasa-jasa yang telah mereka berikan. Bahkan, kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan juga tercatat dalam katalog tersebut. Semua informasi tersebut mencakup periode awal setiap ilmu diciptakan hingga zaman sekarang, yaitu tahun 377 H.

Menurut Ziauddin Sardar dalam buku Distorted Imagination, salah satu toko buku yang terkenal dalam sejarah Islam dikelola oleh Ibn Nadim. Ibn Nadim adalah seorang kolektor buku pada abad ke-10 Masehi. Toko buku Ibn Nadim yang terletak di Baghdad memiliki koleksi ribuan manuskrip dan dikenal sebagai pusat pertemuan para pemikir dan penyair terkenal pada masanya.

Di bukunya yang lain berjudul What Do Muslims Believe?, Ziauddin Sardar menyebut bahwa pada masa itu, para pengembara, cendekiawan, filsuf, ilmuwan, teolog, dan bahkan para khalifah menulis buku. Pabrik kertas yang didirikan di Baghdad pada tahun 793 M, menjadi media bagi perkembangan perdagangan buku yang memainkan peran penting dalam perkembangan peradaban muslim. Setiap kota besar memiliki perdagangan buku yang berkembang pesat pada masa al-Ma’mun. Dalam catatan sejarah, seorang sarjana muslim bernama Al-Yaqubi mencatat bahwa di sekitar kota Baghdad terdapat lebih dari seratus toko buku yang tersebar di seluruh pinggirannya.

Diketahui bahwa Ibnu an-Nadim adalah seorang produsen kertas atau warraq di Baghdad, dan dia mewarisi industri ini dari ayahnya. Ayahnya memiliki toko kertas di Baghdad. Ibnu an-Nadim hidup pada abad ke-4 hijriyah, yaitu abad di mana kebangkitan ilmiah dan gerakan budaya-sastra muncul luas di berbagai wilayah Islam. Banyak sarjana, syaikh, dan murid yang aktif mengkaji ilmu pengetahuan. Beberapa profesi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan sastra berkembang di dalamnya.

Produksi kertas menjadi penting karena menyangkut buku dan kitab. Bukan hanya membuat kertas, warraq juga menyalin, menjilid, dan menjual buku, yang sangat mirip dengan profesi penerbitan dan distribusi di zaman sekarang. Itulah profesi Ibnu an-Nadim yang diwarisi dari ayahnya.

Kertas dalam bahasa Arab ialah waraqah, sehingga profesi orang yang berkecimpung dengan kertas disebut warraq. Sebutan warraq telah digunakan untuk pedagang kertas, penulis, penerjemah, penyalin, penjual buku, pustakawan, dan iluminator (seorang seniman yang menambahkan ilustrasi dan dekorasi pada manuskrip).

Profesi warraq secara umum diyakini telah dimulai tak lama setelah pengenalan seni pembuatan kertas ke dunia muslim dari Cina. Baghdad mungkin merupakan kota besar pertama di mana toko-toko buku pertama kali muncul. Seiring dengan menyebarnya pembuatan kertas, jumlah toko-toko buku ini meningkat secara drastis di seluruh dunia muslim.

Profesi ini rupanya berdampak besar dalam mengarahkan Ibnu an-Nadim untuk terlibat dalam ilmu pengetahuan, yang membantunya menyusun al-Fihrist. Hingga bukunya menjadi buku terlengkap untuk menghitung apa yang telah ditulis orang menjelang akhir abad keempat hijriyah. Selain itu, buku itu juga menunjukkan apa yang telah dicapai umat Islam dalam kehidupan intelektual di era itu.

Ibnu an-Nadim dan tokonya yang terkenal memiliki kontribusi dalam perkembangan peradaban Islam dengan mengumpulkan pengetahuan dan menyebarkannya ke seluruh dunia Islam pada masanya. Toko buku Ibnu an-Nadim, tempat pertemuan para pemikir dan penyair terkemuka, menjadi sentrum budaya-intelektual di Baghdad pada abad ke-10 M. Melalui karya-karyanya, Ibnu an-Nadim memungkinkan generasi-generasi selanjutnya untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari masa lalu dan meneruskannya ke masa depan. (AN)