Banyak informasi yang beredar semenjak kemunculan Covid-19 ini. Imbasnya, kepanikan terjadi secara global, tak terkecuali Indonesia. Jika dilihat dari derasnya arus informasi, kepanikan tidak hanya terjadi di dalam negeri. Banyak negara juga mengalami hal serupa. Tampaknya, dunia akan lumpuh untuk sejenak.
Jumlah kasus Corona secara global terakumulasi sebanyak 319.675 kasus dengan pembagian kasus aktif 209.970. kasus kondisi ringan 199.816. kasus kondisi kritis 10.154. Kasing tertutup 109.705 kasus yang memiliki hasil 13.699 pasien meninggal dunia. 96.006 dipulihkan (data worldometers.info per 22 Maret 2020).
Secara nasional BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melaporkan hingga hari Ahad 22 Maret 2020 telah terkompilasi 514 kasus positif korona dengan ketentuan 29 pasien dinyatakan sembuh, 48 meninggal dunia dan selebihnya masih dalam perawatan.
Mengingat semakin merebaknya kasus-kasus baru, peranan semua pihak menjadi sangat vital. Bukan hanya beberapa gelintir saja. Virus corona tidak akan menular dan menginjeksi sampai jumlah sebanyak itu selama kita semua selalu mawas diri, berusaha sekuat tenaga dan bersatu padu.
Kebutuhan Informasi, controlling dan sentralisasi
Arus komunikasi informasi berlebih (overload Information) pada kasus wabah korona menyebabkan konsumsi informasi publik menumpuk dari berbagai perspektif sehingga kepastian informasi aktual dan akirat yang tersampaikan dari pemerintah ke masyarakat (top-down) menjadi sangat urgent.
Bagus tidaknya overload information mempengaruhi persepsi publik melihat wabah ini. Publik yang pada awalnya belum mengetahui detail apa penyebab dan penanggulangan virus, akan bergegas memahami, bertindak cepat dan selalu responsif.
Setelah membentuk tim khusus sebagai upaya penanganan, seyogyanya sentralisasi informasi dari pemerintah ke lapisan masyarakat harus lebih terkontrol. Sentralisasi diperlukan untuk memilih dan memilah informasi yang akan disuguhkan ke masyarakat, juga sebagai pengingat “reminder” kepada banyak media agar tak sembrono dalam meliput berita.
Merujuk pada beberapa penelitian ilmiah, pesan pentingnya yang harus terkoneksikan adalah menjaga ketahanan (imunitas) tubuh dan berprilaku sehat. Melihat keadaan seperti sekarang, sentralisasi informasi menjadi perlu, mengingat beragam media menyuguhkan informasi dari berbagai sudut pandang.
Di sinilah, negara dan segenap pemangku kebijakan harus berperan. Di samping masih mempunyai pekerjaan rumah berupa mereduksi beban psikis akibat wabah korona. Kepanikan masyarakat yang berlebihan merupakan buntut dari guyuran informasi yang multidimensi. Hal ini berimbas pada psikologis pengkonsumsi berita. Masyarakat membutuhkan informasi yang update, aktual. Di samping itu juga untuk meminimalisir sebaran hoax
Upaya pencegahan dan kontrol bersama nasional melawan pandemi covid-19
Wabah korona merupakan fenomena global, artinya terjadi di seluruh dunia. Setelah terkoneksikannya informasi yang masif ke semua lapisan masyarakat. Gerakan nasional berupa langkah pencegahan bersama harus dilakukan semua pihak tanpa terkecuali.
Berkaca dari Tiongkok, negeri di mana kasus virus covid-19 pertama kali di temukan. Kurang lebih satu bulan lebih rakyat Tiongkok bertempur mati-matian melawan virus ini dan akhirnya menemukan sinar terang.
Negeri tirai bambu tersebut berhasil membuktikan bahwasanya pandemi korona bisa dicegah, dikendalikan dan diobati. Seluruh pihak harus bahu-membahu dan saling membantu. Pada 3 Maret, 120 kasus baru telah berhasil disembuhkan satu persatu. Secara kumulatif, total ada 49.914 pasien sembuh dan telah dipulangkan.
Menyatukan persepsi publik bahwa tindakan mencegah lebih baik dari pada mengobati harus selalu diutamakan. Dalam hal ini larangan dan imbauan sudah jauh-jauh hari diinstruksikan oleh para pemangku kebijakan. Masyarakat tak perlu memperdebatkan, tinggal melakukannya demi mencegah dan mengendalikan laju persebaran virus.
Pandemi korona jangan dipersepsikan sebagai wabah menakutkan, mengancam, tidak bisa dicegah dan disembuhkan. Anggapan demikian justru memantik kepanikan massal. membuat masyarakat tidak menjadi lebih tenang dan sigap dalam upaya kontrol bersama nasional.
Bertindak cekatan, cepat dan efektif. Pemerintah menginstruksikan kepada instansi dan lembaga untuk meliburkan aktivitas selama dua minggu ke depan dan dialihkan dengan sistem daring, menunda seluruh kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang. Inilah salah satu bentuk responsif preventif.
Lembaga-lembaga terkait harus secepatnya menyialkan instrumen-instrumen pencegahan seperti masker, hand sanitizers dan alat deteksi covid-19, lantas dibagikan merata ke seluruh penjuru tanah air. cek dan penyuluhan kesehatan serta menghimbau agar banyak mengkonsumsi makanan-makanan bergizi, memperlakukan pasien yang terjangkit epidemi covid-19 sesuai SOP yang berlaku.
Sebuah kaidah ushul fikih berbunyi “Dar’ ul mafasid muqoddamun ala jalbil mashalih” yang artinya: Menolak kemudaratan (bahaya) lebih didahulukan daripada mengambil manfaat. Dalam konteks ini, segala ajaran agama yang hukumnya wajib sekalipun akan gugur bila mana mengancam keselamatan yang lebih besar, kontekstual nya dalam hal ini adalah keselamatan jutaan nyawa orang dari bahaya virus korona.