Australia selain terkenal dengan Kanggurunya yang menggemaskan, penduduknya juga sangat ramah. Sebagai seorang muslim yang datang berkunjung ke negara ini, saya tak pernah merasa takut dan khawatir untuk melaksanakan shalat. Hal ini karena tingginya toleransi antar umat beragama di sini. Masjid Emir Sultan
Emir Sultan Mosque adalah masjid pertama yang saya datangi untuk menjalankan shalat zuhur di Australia. Di tengah udara dinginnya Australia yang menusuk tulang, masjid ini seketika memberi kehangatan bagi saya dan umat muslim lainnya. Ketika menjalankan shalat di sini, saya menemukan 3 keunikan yang tak pernah saya lihat di masjid-masjid sebelumnya.
Pertama, fasilitas masjid: ruangan khusus kaum difabel, lansia dan ibu menyusui.
Fasilitas masjid ini cukup menggambarkan negara Australia yang terkenal dengan kepeduliannya terhadap orang-orang lanjut usia dan disabilitas.
Fasilitasnya yang cukup memadai membuat setiap muslim yang datang merasakan kenyamanan dalam beribadah. Menariknya lagi, masjid ini menyediakan keranjang yang berisi handuk wajah bagi mereka yang berwudhu di sana.
Jika di Indonesia saya hanya menemukan masjid dengan dua ruangan terpisah untuk laki-laki dan perempuan saja, di Masjid Emir Sultan ini saya juga menemukan ruangan untuk muslim difabel dan muslim yang memiliki balita yang terletak di lantai dasar.
Sehingga para muslim yang ingin menjalankan ibadah tak perlu mengeluarkan energinya untuk naik tangga sambil menggendong anaknya, mereka juga tak perlu khawatir anaknya jatuh dari tangga. Selain itu muslim difabel juga tak perlu kesusahan naik tangga untuk shalat di sini.
Bagi muslim yang bisa menjalankan ibadah tanpa memiliki keterbatasan, mereka bisa sholat di lantai dua. Bagi muslim lanjut usia yang tak mampu menjalankan shalat dengan berdiri, masjid ini juga menyediakan kursi-kursi di dalam ruangannya yang bisa mereka gunakan.
Saya jadi teringat keadaan muslim difabel dan lanjut usia di Indonesia yang ingin beribadah ke masjid. Apakah mereka sudah mendapatkan kemudahan sedemikian rupa seperti di Australia ini?
Kedua, arsitektur masjid
Dari namanya, saya sudah bisa menebak kalau Turki punya pengaruh besar dalam pembangunannya. Ternyata benar, masjid ini memang dibangun oleh komunitas Turki bermadzhab Hanafi. Menariknya masjid yang dibangun pada 1991 ini dulunya adalah gereja.
Bangunan dan ornamen kaligrafi khas Turki sangat kental menghiasi dinding-dinding Masjid Emir Sultan ini. Para muslim yang menjalankan ibadah di sini pun seakan berada dalam dua dunia, sebagian berada di Australia dan sebagian yang lain berada di Turki.
Ketiga, mukena masjid
Saya termasuk perempuan yang suka pilah-pilih, khususnya terkait mukena yang tersedia di Masjid. Yang jelas saya akan memilih mukena yang bersih, wangi, dan coraknya menarik. Biasalah, perempuan.
Namun mukena di masjid ini membuat saya terkejut. Awalnya saya mengira kalau di masjid yang kental dengan ornamen Turkinya ini akan menyediakan mukena khas Turki pula. Namun ketika saya mengambil mukena, semua mukena yang ada dihadapan saya bercorak batik sebagaimana yang biasa saya temukan di Indonesia. Seketika saya langsung berbangga hati betapa eratnya budaya Indonesia di Negara ini.
Ternyata shalat di Masjid Emir Sultan tak hanya menjadikan muslim yang beribadah di sini berada dalam dua negara saja. Tapi mereka seakan berada dalam tiga negara, Australia, Turki, dan Indonesia. Saya pun setelah shalat di masjid ini seakan telah berkunjung dari tiga negara. Menarik bukan?
Itulah tadi tiga keunikan yang saya temukan di Masjid Emir Sultan di Australia. Jika ada kesempatan berkunjung ke Negeri Kangguru, Anda bisa temui masjid unik ini di Dandenong, Victoria, Melbourne.