Di hari sumpah pemuda begini, rasa-rasanya terlalu jauh jika kita meneladani para tokoh pencetus 98 tahun lalu. Tentu, tantangan zaman pun berbeda, begitu pula cara kita untuk belajar dari mereka. Lagipula, kebanyakan para pelopor itu pemuda alias laki-laki, bukan? Terus bagaimana dong yang perempuan?
Untuk itulah, biar tidak terlalu gagap dan merasa jauh, islami.co telah menghimpun 3 tokoh muslimah kekinian yang patut kita jadikan teladan. Pemilahan tiga tokoh ini juga tidak terbatas pada Indonesia saja, melainkan juga dari luar negeri. Kita bagian dari dunia besar bersama bumi, bukan? Berikut tiga nama yang kami percaya membawa inspirasi besar bagi anak muda di seluruh dunia ini.
Pertama adalah sosok dari Belgia bernama Zakia Belkhiri. Namanya menjadi perbincangan ketika ia dengan berani berdiri dan selfie di depan para pendemo Vlams Belang, kelompok sayap kanan Belgia, yang mendiskreditkan islam. Hal ini terkait sentimen islamphobia yang memang melanda Eropa. Tak terkecuali tempat Zakia Belkhiri.
Zakia yang waktu itu masih berusia 22 tahun melihat ada demontrasi dan menjelek-jelekkan islam di jalanan, ia tersentak untuk berbuat sesuatu. Tentu saja kekerasan jika dilawan dengan kekerasan pula tidak akan membawa kebaikan.
Maka, yang ia lakukan adalah mengajak selfie semua para demonstran. Aksinya itu pun menjadi viral dan diperbincangkan di mana-mana. Apalagi, Zakia sendiri merupakan seorang muslimah dan mengenakan jilbab. Pujian pun datang dan membuat banyak orang berpikir lain tempat islam, memberi cara pandang baru terhadap terhadap islamophobia, bahwa islam tidak seburuk yang demonstran kira.
“Ini aku lakukan untuk sesuatu yang berarti, saling berbagi kebahagiaan dan perdamaian,” tutur Zakia.
Kedua datang dari Indonesia, ia bernama Sakdiyah Ma’ruf. Tentu, bagi sebagian dari kita namanya tidak asing, bukan? Ia merupakan stand-up comedian dan kerap berbicara tentang hal-hal yang sensitif: jihad, keindahan islam dan tradisi Arab. Hal terakhir ini menjadi ciri khas Sa’diyah.
Terlahir dari keturunan Arab konservatif awalnya membuat ia ciut, apalagi perempuan. Stigma pendidikan rendah dan ‘hanya’ jadi teman suami membuatnya menjadi pribadi yang melawan. Tapi, ini yang justru menarik. Ia melawan dengan cara komedi.
Identitas Arab sebagai suku dan agama sebagai pelekatnya, ditambah tanggung jawab sebagai pemikul anggapan ‘islam yang asli ya dari Arab’ tidak membuatnya menjadi fundamentalis. Justru, melalui komedi, ia berbicara ke dunia luar bahwa islam tidak semenakutkan yang ia kira. Islam bukan teroris dan jihad bukan bom, melainkan bagaimana keadilan dan pendidikan menjadi kunci.
DI situlah letak kekuatannya, sekaligus menjadikan dia sosok yang digemari, tidak hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia. Menjadi komedian pertama yang berjilbab dan menyuarakan narasi islam damai ke seluruh dunia. Begini salah satunya:
Ketiga adalah Malala Yousefzai. Saat ini Malala berusia 20 tahun dan menjadi ikon pemudi muslimah di seluruh dunia karena perjuangannya untuk kesetaraan pendidikan. Tentu kita tidak lupa bagaimana Taliban berusaha membunuhnya 9 Okober 2012 lalu.
Ia, dengan keberaniannya, menulis dengan nama samaran tentang kondisi yang ada di Afghanistan. Lengkap dengan cara para fundamentalis Taliban melarang perempuan mendapatkan akses pendidikan dan betapa mengerikannya hidup di bawah bayang-bayang Taliban. Berkat Malala pula, otoritas Internasional berhasil Afghanistan untuk memperbaharui sistem mereka. Dan hal itu masih terus diupayakan hingga sekarang.
Keberanian Malala pun diganjar dengan penganugerahan Nobel bidang perdamaian 2014. Ia pun waktu itu menjadi penerima nobel termuda di usia 17 tahun. Kini, Malala terus berjuang dan mendirikan lembaga untuk perjuangan melawan penindasan anak dan pemuda.
“Orang-orang itu hanya bisa menembak tubuh, tapi tidak akan pernah bisa membunuh impian saya,” ujar Malala sebagaimana diwawancara CNN.