Witir termasuk shalat sunnah yang dianjurkan Rasulullah. Saking tegasnya anjuran witir, Abu Hanifah memahami witir bukanlah shalat sunnah, tetapi shalat wajib. Anjuran shalat witir ini terdapat dalam beberapa hadis: misalnya, Rasulullah pernah berkata, “Witirlah kalian wahai ahlul Qur’an” (HR: Ahmad), “Siapa yang tidak witir, mereka bukanlah bagian dari kami” (HR: Ahmad).
Shalat witir juga termasuk shalat yang diwasiatkan Rasulullah kepada Abu Hurairah. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah berkata, “Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.”
Shalat witir bisa dilakukan setelah shalat ‘isya sampai terbit fajar atau masuknya waktu shalat shubuh. Bagi orang yang bisa bangun malam atau yakin bangun di akhir malam, lebih baik mengerjakan witir di akhir malam. Jika takut ketiduran, lebih baik mengerjakannya setelah shalat isya atau sebelum tidur.
Minimal raka’at shalat witir adalah satu rakaat. Menurut sebagian ulama, dimakruhkan membiasakan shalat witir satu raka’at. Lebih baik mengerkan witir tiga raka’at atau sebelas raka’at.
Shalat witir boleh dikerjakan tiga raka’at sekaligus, seperti halnya shalat magrib, tetapi yang lebih utama ialah tidak mengerjakan witir tiga raka’at sekaligus. Jadi, shalat dulu dua raka’at, kemudian ditutup dengan satu rakaat.
Disarikan dari Taqrirat al-Sadidah karya Hasan bin Ahmad al-Kaf