Shalat sunnah fajar adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum melaksanakan shalat subuh. Shalat ini dilaksanakan setelah masuk shalat subuh sebanyak dua rakaat.
Banyak sekali istilah yang digunakan untuk menunjukan dua rakaat sebelum shubuh. Dari redaksi hadits tersebut sebagian ulama mengatakannya shalat sunnah fajar.
Adapula yang menamainya sebagai shalat sunnah subuh karena dilakukan sesebelum shalat subuh. Ada pula yang mengatakan shalat sunnah barad mungkin karena dilaksanakan ketika hari masih dingin. Ada pula yang menamakan shalat sunnah ghadat yaitu shalat sunnah yang dilakukan pagi-pagi sekali.
Niat
Dalam Nihayatuz Zain, Syaikh Nawawi memperbolehkan niat shalat dua rakaat subuh ini dengan berbagai macam istilah tersebut. Seperti:
أُصَلِّي سُنَّةَ الْفَجْرِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى
(Ushalli sunnatal fajri rok’ataini ada’an lillahi ta’ala)
“Saya niat shalat sunnah fajar dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Atau boleh juga dengan,
أُصَلِّي سُنَّةَ الْبَرَدِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى
(Ushalli sunnatal barodi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala)
أُصَلِّي سُنَّةَ الْبَرَدِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى
(Ushalli sunnatas subhi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala)
Atau boleh juga yang lebih lengkap adalah,
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
(Usholli sunnatas shubhi rok’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala.)
“Saya niat shalat sunnah subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala”
Pelaksanaan
Pada rakaat pertama setelah membaca surat al-Fatihah disunnahkan membaca surat al-Kafirun, atau bisa juga membaca (قولوا آمنا بالله واما أنزل إلينا..), yakni salah satu ayat dari surat al-Baqarah.
Sedangkan pada rakaat kedua membaca surat al-Ikhlas, atau bisa juga membaca (قل يا أهل الكتاب تعالوا إلى كلمة سواء..), yang merupakan salah satu ayat dalam surat Ali Imran.
Hal ini didasarkan pada hadis Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah Ra,
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم “قرأ في ركعتي الفجر قل يا أيها الكافرون وقل هو الله أحد
“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw membaca al-Kafirun dan al-Ikhlas pada saat shalat fajar dua rakaat.”
Sedangkan dalam riwayat lain, yakni riwayat Muslim dari Ibnu Abbas,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ في ركعتي الفجر (قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا ) والتي في آل عمران ( تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم)
“Rasulullah Saw membaca ‘Quluu Amanna billahi wa maa unzila ilaina’ dan ayat dalam Ali Imran, ‘Ta’aalau ila kalimatin sawa’in bainana wa bainakum’ pada saat shalat fajar.”
Adapun Rasulullah Saw ketika melaksanakan shalat ini, beliau melaksanakannya dengan ringan dan tidak terlalu lama. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari Muslim melalui Aisyah Ra,
كان النبي صلى الله عليه وسلم يخفف الركعتين اللتين قبل صلاة الصبح حتى إني لأقول هل قرأ بأم الكتاب
“Nabi Saw meringankan bacaan dalam dua rakaat sebelum subuh sehingga aku berkata ‘apakah beliau membaca al-Fatihah saja?'”
Lalu bagaimana ketika kita datang ke masjid kemudian shalat subuh telah dimulai, sehingga kita tidak sempat untuk melaksanakan shalat fajar?
Ketika kita tertinggal seperti itu, maka kita diperbolehkan melakukannya setelah shalat subuh, atau boleh juga melakukannya setelah naiknya matahari (irtifa’, yakni waktu setelah terbitnya matahari). Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,
عن قيس بن عمرو قال : “رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يصلي بعد صلاة الصبح ركعتين فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: صلاة الصبح ركعتان فقال الرجل إني لم أكن صليت الركعتين اللتين قبلهما فصليتهما الآن فسكت رسول الله صلى الله عليه وسلم” رواه أبو داود
“Dari Qais bin Amr berkata: Rasulullah Saw melihat seorang laki-laki melakukan shalat dua rakaat setelah shalat subuh, kemudian Rasul berkata: Shalat subuh itu hanya dua rakaat. Kemudian laki-laki itu menjawab: sesungguhnya aku belum melakukan shalat dua rakaat sebelum subuh, sehingga aku melakukannya sekarang (setelah shalat subuh), kemudian Rasulullah Saw diam.” (HR. Abu Dawud)
Ketika Rasulullah diam, maka hal ini adalah bentuk persetujuan Rasul, atau dalam hadis disebut juga sebagai hadis taqriri.
Wallahu A’lam.