Allah SWT memberikan kemudahan Thariq bin Ziyad dan pasukannya dalam penaklukan daratan Spanyol di wilayah semenanjung Iberia yang saat itu dinamakan Andalusia. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu menerangkan bahwa penaklukan Andalusia ini terjadi pada tanggal 28 Ramadhan tahun 19 H dan merupakan penaklukan termudah dari penaklukan-penaklukan sebelumnya yang terjadi di Afrika.
Sebelum ditaklukkan oleh Thariq bin Ziyad, sebenarnya Islam sudah pernah berperang melawan Andalusia pada masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan. Sebagaimana dijelaskan dalam Tarikh Al Umam wa al Muluk atau yang lebih dikenal dengan Tarikh at-Thabari, Usman mengutus Abdullah bin Nafi’ setelah selesai menaklukan daerah Afrika untuk segera menuju Andalusia melalui jalur laut. Mereka mendapatkan kemenangan dalam mengalahkan bangsa Andalus, namun para sejarawan tidak menyebutkan hal itu sebagai penaklukan, melainkan hanya peperangan saja.
Kedatangan Islam kembali di Andalusia terjadi pada masa Khalifah Daulah Umayyah, Al Walid. Ketika itu Islam tersebar sampai daratan Afrika. Musa bin Nushair tampil sebagai gubernur di Afrika Utara dan dia bertekad untuk menyebar luaskan Islam sampai ke wilayah eropa dengan menyebrangi selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa yang kemudian disebut selat Gibraltar. Dia pun mengutus Thariq bin Ziyad sebagai panglima perang ke Andalusia.
Ketika Islam datang, Eropa terkhusus Andalusia dipimpin oleh bangsa Visigoth yang telah berkuasa sejak abad ke 5 M. Menjelang kedatangan Islam di sana, kondsi Andalusia kacau balau. Hal itu terjadi akibat perebutan kekuasaan oleh Achila, putra raja Wittiza yang berkuasa sebelumnya dengan Roderic, yang berhasil merampas kerajaan dengan bantuan sejumlah bangsawan dan tokoh agama.
Perebutan kekuasaan tersebut tentu membuat perpecahan di Andalusia dan membuat stabilitas politik menjadi kacau. Selain aspek politik yang kacau balau, aspek sosial pun terbagi dalam beberapa strata sosial seperti golongan bangsawan, (pangeran bangsa Goth), golongan rohaniawan (tokoh agama), golongan kaum rendahan (petani dan budak), kaum Yahudi.
Kondisi agama pun tidak kalah kacau, ketika itu para tokoh gereja berkuasa secara sewenang wenang. Bahkan mereka mampu mengeluarkan undang-undang yang melarang setiap orang meragukan kesucian gereja katolik, sistem keinjilan, para pendeta, lukisan lukisan gereja ataupun kurban-kurban yang disakralkan. Hal ini membuat masyarakat tidak senang terhadap pemerintahan Goth yang pada akhirnya Julian sebagai penguasa Goth meminta bantuan kepada kaum muslimin di Afrika Utara agar mereka diselamatkan dari kekejaman Roderich.
Dengan persiapan yang sangat matang untuk memasuki wilayah Eropa, akhirnya Thariq bin Ziyad berangkat ke Andalusia dengan 7000 tentara melalui selat Gibraltar. Dia kemudian menduduki gunung yang mengabadikan namanya yakni Jabal Thariq. Jabal Thariq merupakan tempat penting pertama yang harus diduduki, mengingat tempat itu adalah gerbang bagi Thariq untuk memasuki wilayah Andalusia. Di sana Thariq bin Ziyad melawan pasukan Cordoba, namun pasukan Cordoba megalami kekalahan. Thariq pun menjadikan tempat itu sebagai pangkalan utara kaum muslimin.
Ketika pasukan Thariq akan berperang melawan bangsa Goth, ternyata Raja Roderic tidak berada di tempat. Hal tersebut melemahkan kekuatan bangsa Goth dan sangat menguntungkan bagi pasukan Thariq. Mendengar kekalahan bangsa Goth, Raja Roderic kembali ke istana untuk melawan pasukan kaum muslimin yang mayoritas orang barbar. 28 Ramadhan
Pertempuran ini membuat bangsa Goth mengalami kekalahan. Thariq bin Ziyad akhirnya bergerak menuju wilayah utara Andalusia meuju Toledo, ibu kota Gothic dan berhasil meraih kemenangan. Selain itu penaklukan penaklukan kota yang lain pun berjalan dengan lancar sehingga Andalusia di daratan Eropa telah terintegrasi dalam kekuasaan Bani Umayyah dan merupakan titik awal kemajuan Eropa. (AN)