Kata takwa mudah diucapkan tetapi sulit dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang merasa dirinya menjadi orang yang bertakwa padahal prilakunya menunjukkan orang yang tak mempunyai wibawa dihadapan Allah karena seringkali menyakiti orang lain baik dengan lisan maupun prilakunya. Sebetulnya hakikat takwa itu apa sih?
Definisi takwa yaitu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya. Semua ibadah ujungnya bermuara untuk meningkatkan ketakwaan, maka dari itu puasa bertujuan agar manusia menjadi orang yang bertakwa.
Imam As-Subuki dalam Fatawa-nya menjelaskan tentang empat tingkatan takwa dan bila seseorang sudah mencapai tingkatan ini maka keimanannya akan menjadi sempurna.
Pertama, takwa dari segala hal yang menjurus kepada segala kemusyrikan karena pada prinsipnya Allah akan menerima ibadah orang yang bertakwa maksudnya menjauhi kemusyrikan baik syirik besar ataupun kecil seperti beribadah untuk mendapatkan pujian atau jabatan sesaat.
Kedua, takwa dari dosa-dosa besar misalnya menyembah kepada selain Allah atau menyamakan Allah dengan ciptaannya.
Ketiga, takwa dari segala dosa-dosa kecil misalnya berbuat kemaksiatan dengan anggota badan misalnya menjelekkan-jelekan orang lain.
Keempat, takwa dari hal yang shubhat (belum jelas status hukumnya) misalnya mengambil makanan yang terjatuh di jalan yang belum jelas pemiliknya.
Dari penjelasan ini seseorang yang ingin mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah harus melalui keempat tingkatan ini terutama dari hal yang paling mudah dan ia mampu mengerjakannya, karena pada prinsipnya Allah tak akan memberikan beban kepada hambanya kecuali sekedar kemampuan dirinya sendiri.