Tahukah Ahli Kubur Ketika Ia Didoakan dan Diziarahi?

Tahukah Ahli Kubur Ketika Ia Didoakan dan Diziarahi?

Saat kita ziarah kubur, apakah ahli kubur mengetahui?

Tahukah Ahli Kubur Ketika Ia Didoakan dan Diziarahi?

Kematian adalah hal pasti yang akan dialami oleh manusia manapun yang ada di bumi. Kematian juga menjadi hal yang paling menyedihkan ketika dikaitkan dengan sebuah perpisahan, baik perpisahan antara suami dan istri, anak dan orang tua, bahkan peliharaan dan majikan.

Ketika perpisahan telah terjadi, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah mengikhlaskan. Masalah yang terjadi selanjutnya adalah jika keluarga yang masih hidup merindukan ahli kubur. Apakah mereka yang telah berada di sana dapat mengetahui sanak keluarga yang mendoakannya dan menziarahinya?

Jawabannya adalah ketika rindu melanda, temuilah; sebab mereka yang telah tiada tiada kehilangan pendengaran untuk mendengar dan mengetahui orang-orang yang merindukan mereka, menziarahi mereka, dan mendoakan mereka.

Jawaban didukung oleh hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam bab jenazah yang berbunyi, Ketika seorang hamba telah diletakkan di dalam kuburnya lalu teman-temannya pergi dan meninggalkannya, sesungguhnya Ia mendengar gerak langkah sandal-sandal mereka”. Selain itu, Nabi Muhammad juga mengajarkan umatnya untuk mengucapkan salam kepada ahli kubur ketika melewati kuburan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang telah meninggal tetap mendengar dan mengetahui salam dan doa dari orang-orang yang masih dianugerahi rasa betah hidup di dunia.

Selain hadis Nabi Muhammad, dukungan atas jawaban di atas juga bersumber dari kisah yang ditulis oleh Imam Syamsuddin Abi Abdillah Ibnil Qayyim Al Jauziyah (masyhur dengan sebutan Ibnul Qoyyim Al Jauzi) di dalam kitab Ar-Ruh. Kisah tersebut adalah kisah tentang seorang anak (Fadl bin Muwafiq) yang kehilangan Ayahnya dan  seorang anak (Ustman bin Saudah) yang kehilangan Ibunya.

Kematian sang Ayah membuat Fadl bin Muwafiq mengalami kesedihan mendalam, sehingga setiap hari Fadl selalu mendatangi kuburan sang Ayah karena sangat merindukannya. Pergantian waktu membuat Fadl secara perlahan berhasil memulihkan rasa sedihnya, sehingga Fadl mengurangi intensitas kunjungannya ke kuburan sang Ayah.

Suatu saat Fadl menziarahi kuburan sang Ayah. Fadl terserang rasa kantuk yang luar biasa dan akhirnya tertidur di depan pusara sang Ayah. Di dalam tidur, Fadl melihat pusara sang Ayah terbelah dan Ayahnya sedang duduk di dalam pusara lengkap dengan pakaian kafannya serta dengan kondisi bentuk dan warna sebagaimana manusia yang telah meninggal. Situasi tersebut membuat Fadl ketakutan dan memicu tangisan.

Tetiba sang Ayah berkata, “Wahai Anakku, apa yang membuatmu mengurangi intensitas ziarahmu kepadaku?”

Fadl menjawab pertanyaan Ayahnya dengan tubuh merinding dan berkata, “Apakah Ayah mengetahui kedatanganku di pusara Ayah?”

“Setiap Alpa-mu dari kunjunganmu, Ayah mengetahuinya. Kebahagiaan Ayah di alam kubur adalah ketika engkau datang menziarahi Ayah dan tidak hanya Ayah yang bahagia, tetapi ahli-ahli kubur di sekitar Ayah juga bahagia karena mendapatkan sepercik kebahagian dari doa dan salammu,” ungkap sang Ayah. Sejak saat itu Fadl kembali meningkatkan intensitas kunjungannya ke pusara Ayahnya.

Kisah lainnya bercerita tentang Utsman bin Saudah yang kehilangan Ibunya. Ibu Utsman adalah perempuan yang sangat rajin beribadah. Setiap hari sang Ibu selalu mengangkat kepalanya ke langit dan berdoa, “Wahai Dzat yang hanya kepada-Nya aku menggantungkan hidup dan matiku. Janganlah berikan Aku kematian yang hina dan buruk.” Ketika sang Ibu telah meninggal, Utsman menziarahi pusaranya setiap hari jumat untuk mendoakannya dan memintakan ampun untuknya & ahli-ahli kubur lainnya.

Suatu malam setelah menziarahi sang Ibu, Utsman bertemu dengan sang Ibu di dalam mimpi. Terjadilah dialog antara Utsman dan sang Ibu yang telah meninggal.

“Wahai Ibu, bagaimana kondisi Ibu di sana?” tanya Utsman.

“Ketahuilah anakku, kematian adalah urusan yang sangat menyulitkan. Namun sebab anugerah Allah, Ibu diletakkan di barzakh yang sangat mulia dan lengkap dengan roihan serta nikmat-nikmat yang lain,” jawab sang Ibu.

“Apakah Ibu ada hajat kepadaku?”, Tanya Utsman lagi.

“Tentu. Jangan pernah berhenti untuk menziarahi Ibu dan mendoakan Ibu. Sesungguhnya Ibu sangat bahagia sebab kedatangannmu di hari Jumat. Setiap engkau datang, selalu ada suara yang mengabari Ibu bahwa anak Ibu telah mendoakan Ibu. Hal itu membuat Ibu dan ahli-ahli kubur di sekeliling Ibu sangat berbahagia”, ungkap sang Ibu.

Wallahu a’lam.