Dalam surat Yusuf ayat 19-20, Allah SWT berfirman:
وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَى دَلْوَهُ قَالَ يَا بُشْرَى هَذَا غُلَامٌ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ () وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ
Wajaaat sayyaaratung faarsaluu waaridahum faadlaa dalwahu qaala yaa busyraa haadzaa ghulaamuw waasarruuhu bidzaa’ataw wallaahu ‘aliimum bimaa ya’lamuun. Wasyarauhu bitsamanim bakhsin daraahima ma’duudatiw wakaanuu fiihi minaz zaahidiin.
Artinya:
“Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya. Dia berkata: ‘Oh, kabar gembira. Ini ada seorang anak muda!’. Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja. Dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” (QS: Yusuf ayat 19-20)
Imam al-Razi menjelaskan, ayat di atas menjelaskan begitu mudahnya Allah menyelamatkan nyawa Nabi Yusuf dari musibah tersebut. Ada beberapa musafir yang hendak mengambil air di sumur, tempat Nabi Yusuf dibuang. Salah satu dari mereka kemudian memergoki keberadaan Nabi Yusuf. Meski kemudian Nabi Yusuf dijadikan budak yang hendak dijual, tapi dengan itu nyawa Nabi Yusuf pun terselamatkan.
Para penyimak kisah Nabi Yusuf dapat mengambil pelajaran, tentang bagaimana Allah bisa dengan mudah mentakdirkan segala hal meski itu di luar apa yang diperkirakan manusia. Orang yang mengalami ujian hidup sebagaimana yang dialami Nabi Yusuf bisa saja merasa putus asa, dan bertanya dalam hati: “Mana mungkin aku bisa selamat?”
Ia kemudian memiliki keyakinan bahwa kali ini habislah hidupnya. Atau, ia kemudian terdorong berbuat jahat. Yaitu melakukan hal-hal yang dilarang Allah demi menghindari ketakutan yang mendera hatinya. Semisal yang ia alami adalah ujian ekonomi, ia memilih mencuri demi lari dari rasa takut berupa mati kelaparan. Padahal ia sendiri tidak tahu, bagaimana Allah mengatur rizki untuknya.
Kisah diselamatkannya Nabi Yusuf dari sumur memberi pelajaran, kita harus bersabar dalam menghadapi segala musibah dari Allah. Janganlah putus asa terhadap datangnya jalan keluar. Meski diluar logika manusia. Sebab Allah kuasa mengatur segala-galanya agar bisa terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.
Beda Pendapat dalam Kata Ganti “Mereka Menyembunyikan Dia”
Salah satu kekurangan terjemah al-Qur’an adalah hanya bisa menunjukkan satu pendapat ulama saja tatkala ada perbedaan dalam penafsiran. Hal ini terkadang menimbulkan sikap fanatik kepada pembacanya, sehingga menyebut apa yang tidak disinggung dalam terjemahan al-Qur’an sebagai terjemahan atau pemahaman yang keliru. Salah satunya adalah tentang kata ganti dalam redaksi ayat “Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan”.
Bila diperhatikan dalam terjemahan di atas, kata ganti “mereka” kembali kepada musafir yang mengambil Nabi Yusuf dari dalam sumur. Sebenarnya pemahaman ini adalah pemahaman sebagian ulama saja. Ibnu katsir menjelaskan bahwa ada pendapat yang menyatakan bahwa kata ganti “mereka” tidak kembali kepada para musafir, melainkan pada saudara-saudara Nabi Yusuf.
Lalu bagaimana penjelasan lengkapnya? Penjelasan lengkapnya adalah saat para musafir mengetahui keberadaan Nabi Yusuf, para saudara Nabi Yusuf menyembuyikan identitas asli Nabi Yusuf sebagai saudara mereka. Mereka bahkan menyatakan bahwa ia adalah budak mereka yang hendak dijual. Nabi Yusuf memilih diam dan membiarkan dirinya dijual daripada dibunuh oleh saudara-saudaranya.