Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 71-74: Hikmah Diciptakan Api dan Kayu

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 71-74: Hikmah Diciptakan Api dan Kayu

“Maka Terangkanlah kepada-Ku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu). Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya? Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.” (QS: Al-Waqi’ah ayat 71-74)

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 71-74: Hikmah Diciptakan Api dan Kayu
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan tentang kekuasaan Allah SWT atas tumbuh-tumbuhan dan air yang merupakan sumber makanan dan minuman manusia untuk bertahap hidup. Dalam surat al-Waqi’ah ayat 71-74, Allah menegaskan kekuasaannya melalui api. Zaman dulu api dinyalakan dengan cara menggosokkan kayu, batu, dan benda lainnya. Allah SWT berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ () أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ () نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ () فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ

Afaraitumun naaral latii tuuruun. Aantum ansya’tum syajaratahaa am nahnul munsyiuun. Nahnu ja’alnaahaa tadzkirataw wamataa’an lilmuqwiin. Fasabbih bismi rabbikal ‘adziim.

Artinya:

“Maka Terangkanlah kepada-Ku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu). Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya? Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.” (QS: Al-Waqi’ah ayat 71-74)

Bagi manusia yang membutuhkan api untuk menyalakan rokok atau membakar sesuatu, pada saat ini memperoleh api amatlah mudah. Cukup mencari korek di toko, menyalakan api, maka api sudah didapatkan. Dahulu, sebelum mendapatkan api semudah sekarang, manusia memperoleh api dari menggosok-gosokkan dua bagian dari jenis kayu tertentu.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa di Arab terdapat dua pohon, yang apabila ranting salah satunya yang masih hijau diambil dan digosokkan dengan yang lainnya, maka akan memunculkan percikan api. Allah mendorong manusia untuk berfikir tentang munculnya api dari gesekan dua kayu tersebut. Meski api itu muncul dari usaha manusia dalam menggosok-gosokkan dua bagian kayu, namun siapakah yang menumbuhkan kayu tersebut. Apakah manusia, ataukah Allah? Di surat lain Allah berfirman:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

Artinya:

“Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. (QS: Yasin ayat 80)

Ibnu Asyur menyatakan bahwa manusia mestinya bisa belajar dari api yang dihasilkan dari dua kayu yang digosok-gosokan. Apabila kayu yang termasuk benda mati saja Allah kuasa memunculkan api, tentunya Allah juga bisa membangkitkan manusia yang telah mati lewat sisa-sisa tubuh mereka yang telah hancur dan menjadi benda mati. Sebagaimana Allah tidak perlu menyalakan api lewat menyulut dari nyala api yang sudah ada, Allah juga tidak perlu jasad manusia yang masih utuh untuk membangkitkannya kembali.

Pada ayat 73 Allah juga menjelaskan bahwa api adalah peringatan dan hal yang berguna bagi para musafir. Menurut para ahli tafsir api disebut peringatan,  sebab keberadaan api adalah sebagai peringatan bahwa kelak siksa neraka mengunakan api yang lebih panas dari api yang biasa manusia saksikan dan nyalakan di dunia. Manusia dapat belajar tentang panasnya neraka dengan menyentuh api yang dapat mereka munculkan sendiri di dunia.

Sementara api disebut sebagai hal yang berguna bagi para musafir, sebab di zaman dahulu dengan api para musafir dapat memperoleh penerangan serta menghangatkan diri. Selain itu, api juga dapat menjadi pertanda bahwa rumah yang menjadi tempat dinyalakannya api tersebut, adalah tempat tujuan musafir tatkala mereka dalam perjalanan malam hari. Selain itu, api juga bermanfaat untuk memasak makanan atau minuman.