Setelah menemui pemilik ilmu ladunni yang dicarinya, yaitu Nabi Khidir, Nabi Musa mencoba mendekati Nabi Khidir dan memohon untuk dijadikan sebagai murid. Akan tetapi, Nabi Khidir menolak secara halus permohonan Nabi Musa. Namun, Nabi Musa tetap memaksa, dan akhirnya Nabi Khidir mengizinkannya. “Jika ingin belajar padaku, ada satu syarat,” kata Nabi Khidir pada Nabi Musa. “Apa itu,” jawab Musa. Nabi Khidir menjelaskan, “Jangan pernah bertanya dan protes atas apa yang aku lakukan sebelum aku menjelaskan sendiri padamu,” Nabi Khidir mengajukan syarat pada Nabi Musa. Mengenai kisah ini, Allah SWT berfirman:
قالَ لَهُ مُوسى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْداً () قالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً () وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْراً
Qola lahu Musa hal attabi‘uka ‘ala an tu‘allimani mimma ‘ullimta rusyda () Qola innaka lan tastathi‘a ma‘iya shobro () wa kaifa tashbiru ‘ala ma lam tuhith bihi khubro ()
Artinya:
“Musa bertanya pada Khidir, “Bolehkah aku mengikutimu untuk belajar padamu mengenai ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” Dia (Khidir) menjawab, “Kamu tak bakalan kuat belajar bersamaku. Bagaimana mungkin kamu bersabar menghadapi sesuatu yang mana kamu belum mempunyai pengetahuan cukup tentang hal itu?” (QS: Al-Kahfi Ayat 66-68)
Ayat di atas, menurut Imam al-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib, menunjukkan ketawadhuan dan kelembutan hati Nabi Musa saat ia ingin belajar dari Nabi Khidir. Hal ini tergambar dari beberapa permohonan Nabi Musa pada Nabi Khidir dalam ayat-ayat di atas. Pertama, saat ingin menjadi pengikut, Nabi Musa izin terlebih dahulu pada Nabi Khidir. Kedua, Nabi Musa merasa dirinya lebih bodoh daripada Nabi Khidir. Karena itu, ia ingin belajar padanya. Ketiga, Nabi Musa mengakui bahwa tidak semua ilmu Allah dimilikinya. Ada ilmu spesial yang dimiliki Nabi Khidir, akan tetapi ia tidak memilikinya.
Akan tetapi, permohonan Nabi Musa itu ditolak oleh Nabi Khidir. Nabi Khidir mengetahui bahwa calon muridnya ini tidak akan kuat belajar dengan metode yang dimiliknya. Akan tetapi, Nabi Musa tetap terus memaksa, dan mengatakan bahwa dirinya insya Allah akan bersabar belajar dan tidak protes atas suatu hal yang diajarkan oleh Nabi Khidir.
Menurut Imam al-Baghawi dalam Ma‘alim al-Tanzil fi Tafsir al-Qur’an, Nabi Khidir tahu bahwa Nabi Musa tidak akan kuat melihat perbuatan yang secara zahir itu mungkar. Memang seorang Nabi yang masih mengukur sesuatu dari sisi syariat, belum sampai pada hakikat, itu tidak akan sanggung menghadapinya. Oleh karena itu, Nabi Khidir menolak secara diplomatis, bagaimana mungkin kamu bersabar menghadapi sesuatu yang mana kamu belum mempunyai pengetahuan cukup tentang hal itu?