Selain diminta untuk mengingatkan umatnya mengenai kefanaan harta duniawi, Nabi juga diminta Allah untuk mengingatkan kaum musyrik, dan tentu umatnya, bahwa setelah kehidupan di dunia ini, ada kehidupan lain. Semua manusia akan dibangkitkan dan dikumpulkan menjadi satu di padang mahsyar. Allah SWT berfirman:
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بارِزَةً وَحَشَرْناهُمْ فَلَمْ نُغادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً () وَعُرِضُوا عَلى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونا كَما خَلَقْناكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِداً
Wa yauma nusayyirul jibala wa tarol ardho barizataw wa hasyarnahum falam nughodir minhum ahada () wa ‘uridhu ‘ala robbika shoffa. La qod ji’tumuna kama kholaqnakum awwala marroh. Bal za‘amtum allan naj‘ala lakum mau‘ida ()
Artinya:
“(Ingatlah) pada hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung, kamu akan melihat bumi itu datar, Kami kumpulkan seluruh manusia, dan Kami tidak akan menyisakan seorang pun dari mereka () Mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Kalian itu benar-benar akan datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pertama kali; bahkan kalian pernah keliru menduga bahwa Kami tidak akan pernah menetapkan waktu (pemenuhan) janji (dibangkitkan setelah mati) bagi kalian.” (QS: Al-Kahfi Ayat 47-48)
Imam al-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib menyebutkan bahwa ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang tidak mempercayai hari kebangkitan setelah mati. Di antara ciri kebangkitan setelah mati itu didahului dengan hari kiamat. Pada ayat ke-47 disebutkan tiga ciri kiamat telah terjadi. Pertama, gunung dapat berjalan. Menurut Imam al-Razi, Allah sengaja tidak menyebutkan ke mana gunung-gunung tersebut diperjalankan.
Dalam surat lain, seperti surat Thaha ayat 105-107 atau surat al-Waqi‘ah ayat 5-6, gunung dihancurkan serata-ratanya, sehingga tidak terlihat lagi perbedaan dataran tinggi dan dataran rendah. Syekh Mutawalli al-Sya‘rawi menyebutkan dalam tafsirnya mengapa Allah memilih gunung yang dijadikan contoh untuk dihancurkan. Padahal di atas muka bumi masih ada pohon besar, bebatuan, dan laut. Ini karena gunung adalah benda yang paling kokoh berada di atas muka bumi. Sesuatu yang kokoh saja dapat hancur, apalagi benda-benda lainnya.
Kedua, barizatul ardh ‘bumi yang rata’. Imam al-Razi menjelaskan beberapa penafsiran mengenai hal ini. Yang dimaksud barizatul ardh adalah ketidakadaan bangunan, gunung, dan pohon. Bumi itu terlihat benar-benar seperti dataran luas yang membentang. Tafsiran lain menyebutkan bahwa barizatul ardh itu bumi mengeluarkan isi dalam perutnya, dan membuang orang-orang yang ada di kuburan ke dalam muntahan bumi tersebut. Tafsiran terakhir mengenai barizatul ardh itu gunung dan lautan semuanya akan menutupi bumi. Ketika Allah hancurkan keduanya, barulah bumi tampak kembali berbentuk rata.
Ketiga, semua makhluk Allah dari Nabi Adam hingga akhir zaman akan dikumpulkan menjadi satu di padang mahsyar, dan dipertanyakan amal perbuatannya selama di dunia. Pada ayat berikutnya, semua makhluk ini dikumpulkan di hadapan Allah secara berbaris, bertelanjang pakaian, menyeker tanpa alas kaki, tidak membawa keluarga dan harta.