Ashabul Kahfi yang berdiam di dalam gua itu masih berusia muda. Mereka mengorbankan jiwanya untuk tidak hidup mewah dan rakus atas kesenangan dunia. Mereka sibuk menjaga agama mereka sejak kecil supaya menjadi panutan bagi para pemuda mukmin di setiap masa dan tempat. Para pemuda itu pemuda yang menjaga iman dan akidahnya. Inilah yang disampaikan Syekh al-Sya‘rawi dalam tafsirnya. Itulah mengapa keimanan Ashabul Kahfi dijaga oleh Allah dan ditambahkan hidayah yang menguatkan keimanan mereka.
Allah SWT berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْناهُمْ هُدىً () وَرَبَطْنا عَلى قُلُوبِهِمْ إِذْ قامُوا فَقالُوا رَبُّنا رَبُّ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَا مِنْ دُونِهِ إِلهاً لَقَدْ قُلْنا إِذاً شَطَطاً
Nahnu naqushshu ‘alaika naba’ahum bil haqq, innahum fityatun amanu bi robbihim wa zidnahum huda (13) wa robathna ‘ala qulubihim idz qomu fa qolu robbuna robbus samawati wal ardh, lan nad‘uwa min dunihi ilahal laqod qulna idzan syathotho
Artinya:
“Kami berkisah padamu mengenai cerita fantastik yang nyata. Mereka itu memang benar-benar para pemuda yang beriman pada Tuhan mereka. Kami pun menambahkan petunjuk untuk mereka () Kami meneguhkan hati mereka saat mereka berdiri, lalu mereka pun berikrar, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami tidak akan pernah memohon pada selain Dia. Jika demikian, sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran” (QS: Al-Kahfi Ayat 13-14)
Menurut Imam al-Razi dalam Mafatihul Gaib, setelah dibangkitkan dari tidur berabad-abad, pemuda Ashabul Kahfi itu menjadi pemimpin negerinya dan mengumpulkan masyarakat untuk menyaksikan pengikraran mereka mengenai tuhan yang mereka percayai.
Namun, dalam riwayat lain, menurut Imam al-Razi, pemuda Ashabul Kahfi ini mengikrarkan ketuhanan Allah SWT di hadapan penguasa zalim, Dikyanus. Mereka menyucikan Allah dan berlepas diri dari penyembahan berhala yang masih dilakukan masyarakat setempat. “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami tidak akan pernah memohon pada selain Dia. Jika demikian, sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran,” itulah ikrar mereka di hadapan masyarakat Raja Dikyanus.
Senada dengan pendapat kedua dari Imam al-Razi, al-Baidhawi menjelaskan dalam tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil bahwa Allah itu menguatkan hati dan keimanan para pemuda Ashabul Kahfi dengan kesabaran meninggalkan tempat tinggal, keluarga, harta. Selain itu, setelah dibangkitkan dari tidur, mereka itu berani tampil dan melawan Dikyanus yang diktator dan zalim.