6. Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja baginya diberi peringatan atau pun tidak, mereka tidak akan beriman /percaya.
7. Allah Swt telah menyegel hati, pendengaran, dan penglihatan mereka. Dan layak bagi mereka semua mendapatkan siksa yang sangat besar.
Nabi Muhammad Saw merasa perihatin dan sedih sampai ke relung hati yang paling dalam kalau beliau merasakan perihal orang-orang kafir itu. Kemudian turunlah ayat yang menjelaskan bahwa orang yang sudah tercipta sebagai orang kafir itu dibagaimanakan tetap saja, dinasehati atau pun tidak sama saja mereka tidak mau untuk beriman, karena hati mereka sudah cacat dan disegel, telinga mereka sudah cacat dan diikat, serta mata meraka ditutup. Orang yang semacam itu akan mereima siksa yang sangat besar.
8. Dan diantara sebagian manusia ada yang berkata; “ kami telah kepada Allah dan hari akhirat” tetapi sebenarnya mereka tidak termasuk orang-orang yang beriman.
9. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang telah beriman, mereka tidak menipu terkecuali pada diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak merasakannya.
10. Di dalam hati mereka ada rasa sakit dan Allah Swt menambah sakit itu. Dan bagi merea siksa yang sangat pedih sebab kebohongan yang telah mereka lakukan.
Sewaktu Nabi Muhammad Saw, sudah berkuasa ada di kota Madinah dan selalu mendapatkan kemenangan. Banyak orang yang sebenarnya dalam hati mereka tidak beriman, tetapi mereka menampakkan seakan-akan beriman, yang semacam itu sebenarnya hanya ingin menipu Tuhan dan orang-orang mu’min, sebab dirinya telah diakui keislamannya. Dengan harapan semisal ada harta hasil rampasan perang mereka bisa mendapatkan bagian, Tetapi prilaku menipuyang semacam itu merugikan terhadap dirinya sendiri tetapi mereka tidak merasakannya.
Oleh sebab itu Allah Swt menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa si Fulan dan si fulan itu adalah orang-orang yang munafik. Orang-orang yang memiliki sifat seperti itu pada dasarnya sudah memiliki sifat hati penyakit hati dan sewaktu ayat al-Qur’an turun maka penyakit mereka semakin bertambah.
Diterjemahkan dari kitab Tafsir al-Ibriz, karya KH. Bisri Musthofa