Di dalam QS. al-Mu’min: 50, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa. Selain itu, di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:’
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa adalah inti ibadah.“
Hadis tersebut, agaknya mengisyaratkan bahwa ketika seseorang beribadah namun tidak berdoa maka ibadahnya menjadi sia-sia. Ibnu al-Arabi mengungkapkan, “Dengan jiwa (nyawa), anggota tubuh menjadi kuat (hidup). Begitu juga doa, ia merupakan jiwa (nyawa) bagi ibadah, dengannya ibadah seorang hamba menjadi kuat, karena ia adalah ruh (jiwa) bagi ibadah.”
Dalam hal ini, terdapat doa yang paling sering dilantunkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dari Anas bin Malik, beliau berkata: “Doa Nabi Muhammad Saw yang paling sering dipanjatkan adalah: “Ya Allah, Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
Selain itu, doa tersebut juga terdapat dalam QS. al-Baqarah: 201:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (Q.S. al-Baqarah [2]: 201).”
Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Sebagian orang Arab dulu datang ke tempat ibadah haji, lalu mereka berdoa, Ya Allah, jadikanlah tahun ini tahun hujan, tahun subur, dan tahun kebaikan. Mereka sama sekali tidak menyebutkan tentang hari akhir. Maka turunlah QS. Al-Baqarah : 200. Setelah itu, datanglah seseorang yang berdoa sebagaimana QS. Al-Baqarah: 201.
At-Thabari menjelaskan dalam tafsirnya bahwasanya Allah menggambarkan suatu kaum dari golongan orang beriman yang meminta kepada Allah kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta agar menjaganya dari api neraka.
Kebaikan di dunia tersebut berupa kesehatan badan, kehidupan, rizki dan yang lainnya serta ilmu dan ibadah. Sedangkan kebaikan di akhirat tidak diragukan lagi berupa surga, karena bagi yang tidak mendapatkannya di hari itu.
Maka telah Allah haramkan baginya semua kebaikan dan telah berpisah semua arti kesehatan. Adapun terjaga dari api neraka berupa terjaga dari penyakit dan sesuatu yang tidak disenangi.
Selain itu, Al-Maraghi juga menjelaskan dalam tafsirnya bahwa makna dari hasanatuddunya adalah kesehatan, istri yang saleh, anak yang berbakti, ilmu pengetahuan. Sedangkan makna dari hasanatulakhirah adalah surga atau melihat Dzat Allah besok di hari kiamat.
Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mencapai kebaikan di dunia dan di akhirat?
Dalam hal ini, Al-Maraghi menawarkan beberapa cara untuk mencapai kebaikan di dunia dan di akhirat. Menurutnya, ketika seseorang berharap agar mendapatkan kebaikan di dunia maka ia harus melakukan hal-hal yang sudah teruji kemanfaatannya dalam tatanan kehidupan. Misalnya, bergaul dengan masyarakat, menghias diri dengan akhlak yang luhur dan memegang teguh syariat agama serta berpegangan kepada sifat-sifat keutamaan yang diakui dalam hidup bermasyarakat.
Selanjutnya, ketika seseorang berharap agar mendapatkan kebaikan di akhirat maka cara yang harus dilakukan adalah dengan melalui iman yang ikhlas, beramal saleh serta menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan budi luhur.
Adapun ketika seseorang berharap agar terjaga dari siksa api neraka maka cara yang harus dilakukan adalah dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat, menjauhi perbuatan yang rendah dan kotor serta menjauhi kemauan syahwat yang diharamkan, dengan melaksanakan semua kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Wallahu A’lam