Susahnya Jadi Perempuan, Apalagi Jika Ada Laki-laki Cemburu Pada Feminis

Susahnya Jadi Perempuan, Apalagi Jika Ada Laki-laki Cemburu Pada Feminis

Apakah memang benar ada ya, yang cemburu pada feminisme?

Susahnya Jadi Perempuan, Apalagi Jika Ada Laki-laki Cemburu Pada Feminis

Isu feminisme masih menjadi pembahasan menarik hingga sekarang, mulai dari perbincangan dunia maya, hingga pada komunitas anak muda. Pembahasan sekarang pun dikemas lebih menarik, tidak melulu membahas tentang seks dan gender, meskipun hal tersebut tidak akan pernah bisa lepas dari feminisime. Saat ini, pembahasan isu feminisme menjadi lebih kreatif dan menyasar pada isu keseharian yang sering kita jumpai, seperti kekerasan seksual, relasi kuasa dan masih banyak lagi.

Sebenarnya sejak dulu memang isu yang diangkat feminisme adalah isu yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kita yang menjalaninya sering tidak sadar karena berbagai hal seperti konstruk sosial atau stigma kuat yang melekat hingga kita menganggapnya adat. Kesadaran isu feminisme pada generasi sekarang tidak terlepas dari peran media sosial yang semakin menjamur, hingga memudahkan para feminis untuk menyebarkan nilai-nilai keadilan melalui media sosial.

Tidak lupa pula penulis artikel populer yang mampu mengemas penyampaian nilai-nilai feminisme dengan bahasa lisan dalam artikel, hingga artikel tersebut nyaman untuk dibaca terutama golongan muda. Semakin besarnya gerakan ini maka para feminis juga bersatu untuk melawan kesadisan patriarki dengan berbagai wajah itu. Sebab, para feminis sadar bahwa patriarki terlalu lama berkuasa dan dia terlalu sombong untuk diajak ngobrol, yaahh akhirnya para feminis menyatukan kekuatan dong buat melawan dia.

Berawal dari bersatunya para feminis maka lahirlah women support women sebagai bentuk perlawanan pada patriarki dan dukungan untuk sesama perempuan, karena hanya sesama perempuan yang paling mengerti kondisi bagaiamana perempuan yang hidup ditengah himpitan patriarki. Gerakan dukung perempuan ini diterapkan oleh banyak kalangan, mulai dari pelajar, ilmuan, aktivis hingga artis, dari situ kita gak akan merasa sendiri, karena ada banyak saudara perempuan yang ada dan saling mendukung.

Dari semakin gencarnya dukungan dan isu feminis ini, ada protes dari beberapa teman laki-laki, seperti ini; Kenapa sih yang dibicarakan selalu perempuan? Kenapa perempuan selalu diistimewakan di berbagai kegiatan? Mana ada yang membahas laki-laki, padahal kami juga mengalami diskriminasi?

Sejatinya nilai keadilan yang diangkat dalam feminisme bukan soal tentang siapa yang menang dan kalah, tetapi nilai keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, kesalingan tolong-menolong dan bekerjasama antara laki-laki dan perempuan untuk menciptakan keseimbangan tanpa menciderai nilai kemanusiaan.

Namun kenapa yang dibahas hanya perempuan? Karena perempuan masih terbatas aksesnya, jangankan berbibcara tentang akses  dalam bernegara, atau akses dalam keluarga, perempuan masih banyak yang tidak mempunyai hak atas dirinya sendiri, tidak berhak menentukan apa yang dia inginkan hingga apa yang dia cita-citakan.

Laki-laki mengalami diskriminasi? Siapapun bisa mengalami hal tersebut, tidak menutup kemungkinan begitupun dengan laki-laki, bahkan laki-laki juga bisa mengalami kekerasan, semua itu mungkin saja terjadi. Lagi-lagi nilai keadilan feminisme bukan bertujuan untuk saling menjatuhkan ataupun mendominasi. Namun dalam hal ini perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan mengalami hal tersebut.

Lha kok bisa? Hmm jadi begini, perempuan hidup di era patriarki ini emang sulit, oleh karena itu kita harus sama-sama berjuang agar kesadaran untuk memanusiakan manusia semakin tersebar.  Ketidakmampuan perempuan atas dirinya sendiri menjadikan dia rentan akan diskriminasi, belum lagi kontruks sosial yang juga tidak mendukung, hal itu semakin melemahkan perempuan.

Bukankankah sekarang perempuan sudah banyak yang mendapatkan pendidikan tinggi? Sudah banyak yang bekerja pula? Keadilan adalah sebuah nilai, seperti kata Eyang Pram bahwa kita harus adil sejak dalam pikiran, bukan agar terlihat adil. Perempuan memang banyak yang berpendidikan tinggi, tapi stigma masih banyak diarahkan padanya, perempuan memang banyak yang bekerja tapi beban ganda juga dia dapatkan, kekerasan dan diskriminasi juga dia dapatkan dalam pekerjaannya.

Lalu seperti apasih maunya? Mari kita sama-sama menurunkan ego dan melihat dengan jernih bahwa perempuan itu adalah manusia, jika kebebasan berpendapat, kebebasan menentukan pilihan adalah hak manusia maka itu juga hak perempuan.