Dikisahkan oleh Abu Muhammad Ad Dinawari ad Daqqi bahwa dirinya pernah singgah di sebuah lembah kemudian bertemu dengan kabilah Arab. Abu Muhammad kemudian diperilahkan mampir ke sebuah rumah. Namun betapa kagetnya karena di dalamnya ada seorang anak yang diikat dan beberapa ekor onta yang mati di halaman.
Kemudian anak yang terikat tersebut berkata,” Malam ini engkau adalah tamu. Anda adalah orang yang dimuliakan oleh tuan saya. Maka tolonglah saya. Lepaskanlah ikatan ini. Sebab engkau adalah tamu dan tuan saya tidak mungkin menolak pemintaanmu.”
Mendengar rengekan tersebut, Abu Muhammad tidak tega dan berkata kepada tuannya,” Saya tidak mau makan makanan yang engkeu berikan sampai ikatan pada anak itu dilepas.”
Si tuan rumah langsung menjawab,” Anak itu telah membuatku miskin dan menghabiskan harta saya.”
“ Apa yang telah dia perbuat,” sahut Abu Muhammad.
Tuan rumah menjawab,” Anak itu punya suara merdu dan saya hidup dari hasil kerja keras onta-onta itu. Anak itu telah memuati onta dengan muatan yang berat,kemudian ia menyanyikan lagu. Yang menjadi masalah adalah perjalanan onta yang mestinya ditempuh satu hari ternyata sampai tiga hari karena ia terus bernyanyi. Dan sepertinya onta itu menikmati suaranya. Ketika menurunkan barang-barang mauatan onta mati semua karena kelelahan. Namun demikian saya akan memberikan anak ini kepadamu dengan melepaskan ikatannya.”
Hari berganti. Esok harinya Abu Muhammad penasaran akan susara anak tersebut. Anak tersbeut kemudian menyanyikan lagu-lagu pengiring onta. Tak dinyana onta-onta itu berubah seperti dimabuk cinta sampai tali-talinya terpotong.
“Saya belum pernah mendengar suara semerdu ini. Sampai-sampai saya menundukkan muka seperti orang yang akan jatuh,” guman Abu Muhammad. Namun tiba-tiba juragannya menyruh anak tersebut menghentikan naynyiannya.