Donald Trump mengancam akan menghentikan segala macam aliran bantuan kepada Palestina. Hal itu diutarakan Presiden Amerik Serikat tersebut di akun media sosialnya dan mendapatkan banyak sekali tanggapan dunia internasional.
“Kami memberi warga Palestina jutaan dollar setiap tahun dan tidak ada apresiasi atau penghomatan (Sama sekali). Mereka bahkan tidak ingin merundingkan traktat damai yang sudah lama belum juga diselesaikan,” kata Trump.
Cuitan itu mendapat 18.953 Retweet dan 69.531 yang menyukai. Selain itu, dikomentari oleh begitu banyak orang. Dalam kalimat yang sama, Trump juga menyebut Pakistan yang menurut versi dia juga diberi jutaan dolar dan tidak berefek apa-apa.
…peace treaty with Israel. We have taken Jerusalem, the toughest part of the negotiation, off the table, but Israel, for that, would have had to pay more. But with the Palestinians no longer willing to talk peace, why should we make any of these massive future payments to them?
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 2, 2018
Lalu, kenapa Palestina enggan berunding lagi dengan Amerika Serikat? Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menjawab dengan gamblang bahwa keputusan Donald Trump yang memutuskan mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel menjadi salah satu satu acuan.
“Amerika Serikat terbukti merupakan mediator tak jujur dalam proses perdamaian,” tutur Abbas seperti dikutip BBC.
Meskipun secara resmi PBB memang menolak Yerussalem sebagai ibukota baru Israel, tetap saja ada beberapa negara yang mengikuti jejak Amerika Serikat dengan memindahkan konsul mereka dari Tel Aviv ke Yerussalem. Salah satunya Guatemala. Dan publik di negara tersebut pun dengan lantang menolak. Efeknya, hura-hura terjadi di mana-mana.
Palestina lagi-lagi menjadi korban dan warga banyak yang memilih tidak kembali maupun mengungsi ke daerah lain. Lebanon menjadi salah satu negara tujuan mengungsi dari warga Palestina.
Pendudukan Palestina oleh Israel sendiri sudah berlangsung selama 50 tahun dan membuat kawasan tersebut tak henti-henti diranda konflik. Diperkirakan ada 600.000 warga Israel telah menduduki wilayah kota suci tersebut, 100.000 hektar tanah warga dirampas dan ribuan bangunan diambil alih.