Pada dasarnya, setiap manusia pernah melakukan kesalahan atau berbuat dosa, baik yang berhubungan dengan Allah maupun kepada sesama manusia secara sengaja ataupun tidak. Hal ini pertanda bahwa manusia memiliki kelemahan dan kekurangan maka tak pantas menyandang sifat takabur atau sombong.
Bagi orang yang melakukan dosa sebaiknya tak membuka aibnya sendiri kepada orang lain apalagi dengan memasang menulis status dirinya di media sosial. Ini sesuai petuah Sulthan Ulama’ dalam kitab Qawaid al-Ahkam yang berbunyi,
ويكره للمذنب المجرم أن يكشف عيوبه ويجهر بذنوبه
“Hukumnya makruh (sebaiknya ditinggalkan) bagi pelaku dosa membuka kekurangan atau aib dirinya serta dilarang mengumbar kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan.”
Hal ini senada dengan pernyataannya imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang menyatakan bahwa saat manusia diuji dalam kemaksiatan maka dimakruhkan memberitahukan kepada orang lain tetapi sebaiknya segera bertaubat kepada Allah serta tak mengulangi lagi dengan didasari rasa penyesalan yang mendalam dan berusaha semaksimal mungkin agar tak mengulangi lagi dikemudian hari.
Lain halnya bila ada tujuan untuk konsultasi dengan orang yang mampu memberikan solusi maka diperbolehkan seperti curhat kepada gurunya dengan harapan akan menuntun jalannya maka hal ini sangat dianjurkan karena ada maslahat atau kebaikan di dalamnya.
Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan imam Muslim berbunyi
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله (صلى الله عليه وسلم) يقول: ” كل أمتي معافى إلا المجاهرين، وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملا ثم يصبح وقد ستره تعالى عليه، فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربه، ويصبح يكشف ستر الله عليه “
Artinya:
“Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Semua umatku akan diberikan rahmat oleh Allah kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Dan di antara perilaku terang-terangan yaitu saat seseorang melakukan perbuatan yang terlarang di malam hari kemudian Allah menutupinya. Lantas orang tersebut berkata, ‘Wahai Fulan, semalam aku telah melakukan hal-hal seperti ini. Padahal malam harinya Allah telah menutupinya kemudian di pagi hari dirinya membuka tutup tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan ini, seseorang seharusnya bisa bersyukur atas nikmat Allah berupa kasih sayangnya yang menutupi segala bentuk aib atau kekurangan yang ada dalam dirinya maka jangan sampai membuka kesalahan yang telah ia perbuat. Kuncinya segera bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan sehingga ia tak terjatuh dalam lubang kehinaan.