Sejarah Logo dan Slogan Ikhlas Beramal Kementerian Agama

Sejarah Logo dan Slogan Ikhlas Beramal Kementerian Agama

Kementerian Agama dikenal sebagai instansi pemerintah dengan identitas khasnya yang bersemboyankan Ikhlas Beramal. Berikut sejarah singkat logo dan slogan Ikhlas Beramal Kementerian Agama.

Sejarah Logo dan Slogan Ikhlas Beramal Kementerian Agama
Gambar III: Perbandingan Logo Kementerian Agama

Ikhlas Beramal bukan hanya tentang semboyan pada lambang.

Ikhlas beramal juga bukan milik Kementerian Agama faqot.

Ikhlas Beramal adalah jalan ninja bagi semesta pengabdi dan pejuang negeri.

Kementerian Agama dikenal sebagai instansi pemerintah dengan identitas khasnya yang bersemboyankan Ikhlas Beramal. Bak dua sisi dari satu mata uang, semboyan Ikhlas Beramal nyaris mustahil dipisahkan dari Kementerian Agama karena melekat pada lambang resminya yang berbentuk “Segilima”. Keputusan termutakhir Menteri Agama No. 717 Tahun 2006 tentang Lambang Departemen Agama memperkuat hal itu disertai penjelasan bentuk, isi dan makna.

Dalam penjelasan KMA 717 Tahun 2006 diterangkan tentang lambang dari makna Bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama dalam Pancasila, 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir padi dengan makna Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, alas Kitab Suci, kalimat ikhlas beramal, perisai segilima hingga kelengkapan makna lambang dengan syarah yang meneguhkan iman dan hati suci tentang pengabdian kepada bangsa dan negara sebagai ibadah.

Namun, berdasarkan penelusuran sumber lainnya, penulis menemukan penyematan kalimat Ichlas Beramal (dengan ejaan lama) melekat dalam gambar Panji yang berisikan lambang Departemen Agama yang tidak dalam bentuk Segilima melainkan berbentuk Bola Dunia. Hal itu sebagaimana tercantum dalam Buku Peranan Departemen Agama Dalam Revolusi dan Pembangunan Bangsa, terbitan Biro Penerbitan dan Perpustakaan Departemen Agama Tahun 1965.

 

Gambar I: Lambang “Bola Dunia” dan Semboyan “Ichlas Beramal” Departemen Agama 1965 (Sumber: Buku Peranan Departemen Agama Dalam Revolusi dan Pembangunan Bangsa, Jakarta 1965)
            Gambar I:                Lambang “Bola Dunia” dan Semboyan “Ichlas Beramal” Departemen Agama 1965 (Sumber: Buku Peranan Departemen Agama Dalam Revolusi dan Pembangunan Bangsa, Jakarta 1965)

Dalam penjelasan di bagian ilustrasi pada buku yang dikhususkan Untuk Menyambut Ulang Tahun ke-20 Departemen Agama 3 Januari 1966 itu, tertera 3 unsur karakteristik berikut:

1. Dasar:  Pandji Departemen Agama terbuat dari beludru hidjau tua, dengan pinggirnya berjambul kuning.

2. Ukuran: ukuran melintang 180 x 120 cm.

3. Warna: Bola Dunia terbuat dari kain biru langit dengan gambarnja benang persik. Butir padi sebanyak 45 buah dan bintang dilukis dengan mas. Tangkai Kapas berwarna hijau muda sedang kapasnja benang perak, dengan djumlah 17 batang. Kitab Suci dan sembojan “ICHLAS BERAMAL” diukir dengan perak.

Temuan tentang lambang Ichlas Beramal dalam bentuk Bola Dunia itu, didapatkan juga pada sumber lainnya, yakni melalui tulisan Tim Redaksi Majalah Mimbar Agama, No. 2 terbitan Biro Penerbitan dan Perpustakaan Departemen Agama Tahun 1965. Rekaman reportase tersebut menggambarkan tampilnya Lambang Ichlas Beramal dengan bentuk Bola Dunia dalam agenda Penyerahan Pandji dan Pataka Departemen Agama, oleh Prof. Dr. KH. Saifuddin Zuhri sebagai Menteri Agama kepada peserta upacara.

 

Gambar II: Tampak JM. Menko/Menteri Agama Prof. KH. Saifuddin Zuhri selaku Inspektur Upacara sedang menyerahkan Sebuah Pataka untuk Ikatan Karyawan Depag (IKDAM), Tgl 3 April 1965 bertempat di Lapangan Upacara Depag Jl. MH. Thamrin dihadiri dan disaksikan oleh seluruh unsur pejabat dan karyawan Departemen Agama Pusat di Jakarta (Sumber: Mimbar Agama, No. 2 Tahun 1965)
                                        Gambar II:
Tampak JM. Menko/Menteri Agama Prof. KH. Saifuddin Zuhri selaku Inspektur Upacara sedang menyerahkan Sebuah Pataka untuk Ikatan Karyawan Depag (IKDAM), Tgl 3 April 1965 bertempat di Lapangan Upacara Depag Jl. MH. Thamrin dihadiri dan disaksikan oleh seluruh unsur pejabat dan karyawan Departemen Agama Pusat di Jakarta (Sumber: Mimbar Agama, No. 2 Tahun 1965)

Tampak JM. Menko/Menteri Agama Prof. KH. Saifuddin Zuhri selaku Inspektur Upacara sedang menyerahkan Sebuah Pataka untuk Ikatan Karyawan Depag (IKDAM), Tgl 3 April 1965 bertempat di Lapangan Upacara Depag Jl. MH. Thamrin dihadiri dan disaksikan oleh seluruh unsur pejabat dan karyawan Departemen Agama Pusat di Jakarta (Sumber: Mimbar Agama, No. 2 Tahun 1965)

Pada hari Sabtu pagi, tanggal 3 April 1965, bertempat di lapangan Departemen Agama Jl. MH. Thamrin, Menteri Agama dengan resmi menyerahkan estafet Panji dan Pataka Departemen Agama, yang masing-masing berwarna hijau, merah, kuning, ungu dan kuning emas dengan isi lambang Departemen Agama, langsung di hadapan pembantu-pembantu Menteri, Kepala Direktorat-direktorat, Biro, Lembaga, para ratusan karyawan dari seluruh direktorat, petugas di lingkungan Depag serta dihadiri para sukarelawan dan sukarelawati yang menyaksikan secara khidmat dan seksama.

Dalam prosesi penyerahan dan peresmian itu terdapat penjelasan singkat tentang lambang, baik yang berbentuk 1 buah Panji maupun 4 buah Pataka lainnya, sebagaimana berikut:

  1. Departemen Agama: Panji, warna dasar Hijau, berarti kebenaran dan ketahanan, sebab Agama adalah satu kebenaran oleh karenanya harus dipertahankan.
  2. Direktorat Urusan Agama: Pataka, warna dasar Biru berarti damai, karena Agama harus dikembangkan dengan cara-cara damai tanpa paksaan
  3. Direktorat Pendidikan Agama: Pataka warna dasar Kuning yang berarti harapan dan kemenangan dalam rangka nation dan character building, ialah apabila pendidikan agama diperkembang seluas-luasnya.
  4. Direktorat Peradilan Agama: Pataka, warna dasar Ungu yang berarti ketahanan dan kekuatan; maksudnya bahwa keadilan yang bersumber pada Agama selamanya harus dijunjung tinggi karena itulah ketahanan dan kekuatan yang hakiki
  5. Direktorat Penerangan Agama: Pataka warna dasar Merah, berarti berani dan dinamis, maksudnya bahwa Agama harus disiarkan seluas-luasnya dengan sikap berani untuk melindungi kebenaran dan sikap dinamis tidak mengenal putus asa.
  6. Ikatan Karyawan Departemen Agama (IKDAM/PMA No. 30 Tahun 1965 Tentang Organisasi Karyawan Departemen Agama): Pataka berlatar warna Kuning Tua yang berarti kejayaan, maksudnya untuk mencapai kejayaan Nusa, Bangsa dan Negara maka harus diilhami senantiasa oleh nilai dan ajaran kemuliaan Agama, yang dilaksanakan oleh Karyawan dalam sikap ketaatan beragama.

Adapun khusus berkenaan dengan bentuk dari Lambang Departemen Agama, turut dijelaskan memiliki unsur-unsur berikut:

1. Bola dunia dilingkari kapas sebanyak 17 kuntum dan padi sebanyak 45 butir

2. Bintang

3. Kitab Suci

4. Rehal, dan

5. Semboyan; Ichlas Beramal

Gambar III:Perbandingan Logo Kementerian Agama
                                                        Gambar III:
                                 Perbandingan Logo Kementerian Agama

Perbandingan Kedua Lambang

Sangat menarik jika melihat perbandingan dua lambang antara versi Bola Dunia dan bentuk Segilima. Ghalibnya tidak begitu banyak unsur pembeda diantara keduanya. Pada kedua lambang, sama-sama memiliki unsur bintang, Kitab Suci, rehal atau alas tatakan, butir padi dan bunga kapas yang sama jumlahnya.

Adapun beberapa unsur lainnya yang mungkin bisa mengundang kajian dan penelusuran lebih lanjut adalah terkait, baris beserta jumlahnya, di mana dalam versi Bola Dunia tidak sempat disebutkan secara rinci, sedangkan dalam versi Segilima berjumlah 8 yang merujuk pada makna urutan bulan kemerdekaan. Demikian juga dengan satu perbedaan lainnya yang cukup berdampak signifikan adalah keberadaan Bola Dunia dan Perisai Segilima, dimana pada satu versi lambang ada, namun tidak ditemukan pada versi lambang lainnya. Khusus pada sub bahasan ini, diharapkan ada kajian lebih mutakhir oleh sejawat lainnya, seiring jika ditemukan beberapa rujukan yang bersifat primer, antara lain KMA 43 Tahun 1982 dan KMA No. 58 tahun 1979 sebagai konsideran koncian dari KMA No. 717 Tahun 2006 yang merekam versi akhir Lambang Ikhlas Beramal.

Selain melihat konteks spesifikasi ataupun perbandingan kedua lambang, yang kelak memungkinkan memunculkan perdebatan baru, kini alangkah baiknya kembali menengok asbab wurud yang menyertai lahirnya Ichlas Beramal di era 1965-an itu.

 Konteks Lahirnya Lambang Ichlas Beramal “Bola Dunia”

Secara momentum penting sekali melihat upacara penyerahan dan peresmian tahun 1965, tersebut karena tidak terlepas dari semangat kebijakan Menteri Agama KH. Saifuddin Zuhri dalam memasuki tahun keempat dari jabatannya dalam memperkokoh struktur Departemen Agama. Tepat dua tahun sebelumnya, Menteri Agama Saifuddin telah meresmikan lahirnya Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1963 dan Keputusan Menteri Agama No. 47 Tahun 1963 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama, dimana kekhasan dari kebijakan tersebut mengarah pada pengokohan aspek administratif terpenting dalam tubuh organisasi Departemen Agama, antara lain terbaginya kewenangan Depag Pusat dan Intansi Agama Daerah, peralihan istilah dari jawatan ke direktorat, serta terakomodirnya layanan agama-agama dalam nomenklatur biro-biro, hingga lembaga-lembaga penelitian, terjemah  dan tashih, perencanaan, penasehat perkawinan dan kesejahteraan keluarga.

Syahdan, dalam bingkai suasana saat berada di hadapan seluruh komponen keorganisasian itu, Menteri Agama bertutur dengan tegas dengan turut menyampaikan semangat layanan keagamaan :

“Bahwa tingkatan Revolusi kita pada waktu sekarang sudah tidak lagi mempersoalkan pentingnya fungsi dan peranan Agama dalam kehidupan bangsa dan Negara kita. Persoalan itu sudah lampau, karena tingkatan revolusi sekarang telah sangat jauh, bukan lagi mempersoalkan penting atau tidak pentingnya Agama dalam Nation Building, akan tetapi sudah sampai pada peningkatan penggalian-penggalian untuk menemukan metode baru bagaimana mempraktekkan ajaran-ajaran Agama menurut sumber asilnya untuk diterapkan  ke dalam penyusunan masyarakat baru yang benar-benar taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang progressif patriotik dan anti nekolim dalam segala manifestasinya”.

Bersamaan dengan momentum peresmian dan penyerahan Panji dan Pataka Ichlas Beramal “Bola Dunia” Departemen Agama, Mimbar Agama menulis bahwa agenda upacara ditujukan sebagai dukungan dan upaya Organisasi Departemen Agama guna menyukseskan Dasa Warsa Asia Afrika (KAA, Bandung 1955), dimana bersamaan dengan pasca pelaksanaan Konferensi Islam Afrika Asia di Bandung 6-14 Maret 1965 yang berjiwakan semangat kesuciaan Hari Raya Idul Adha 1384 Hijrriyah.

Betapa kedudukan lambang Ichlas Beramal “bola dunia” Departemen Dunia itu turut menjadi berkah bagi insan-insan Departemen Agama dalam rangka menyukseskan hajat-hajat layanan keagamaan tidak hanya di tingkat nasional namun berbuah dalam spirit diplomatik kenegaraan di level internasional.

Lantas siapa sebenarnya sosok di balik Lambang Ichlas Beramal “Bola Dunia” Departemen Agama yang menyertai peristiwa besar itu? Mimbar Agama menulis, “perlu dikemukan bahwa gagasan lambang tersebut adalah hasil tjiptaannya H. A. Rusyana BA, Ketua Umum Pengurus Besar IKDAM jang mendapat penjempurnaannja dari jang Mulia Menteri Agama, Prof K.H. Sjaifuddin Zuhri dan diilustrasikan oleh Ahmad Nasibu, pegawai Direktorat Penerangan Agama, Djakarta”.

Akhiran, semoga dengan ikhtiar kecil di jalur periwayatan sejarah ini, dapat memutik keberkahan jariyah dari para muassis pejuang Republik yang mengabdi di Kementerian Agama, wa bil khusus bagi sang Pencipta Lambang Ichlas Beramal, sehingga dalam langkah memasuki usia ke-78 pada tanggal 3 Januari nanti, spirit khittah dapat menguatkan daya harakah dan fikrah demi kemaslahatan bangsa dan agama. Wallahu A’lam Bi Shawab.